Aktivis Perempuan Kritik Ritual Hari Kebangkitan Nasional

DEPOK – Tanggal 20 Mei merupakan hari euforia bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air. Momen Hari Kebangkitan Nasional itu pun kerap dirayakan dengan aneka cara menurut kultur di masing-masing daerah.

Namun, ada hal yang luput dari esensi perayaan hari sakti tersebut. Hal itu pula yang dikritik oleh aktivis perempuan Kota Depok, Agnia Addini. Agnia menyebut glorifikasi (pemuliaan) yang berlebihan tanpa meresapi kandungan spirit di balik momen tersebut hanya akan melahirkan sebuah ritual yang kehilangan arti.

“Bagi saya pribadi tidak masalah ya masyarakat mau merayakan momen tersebut dengan berbagai cara sesuai kulturnya. Namun, yang saya sayangkan kadang hal (ritual) itu dilakukan secara berlebihan yang kerap menihilkan pesan-pesan penting di balik momen penting tersebut,” ungkap Agnia yang juga Direktur Peneliti Parwa Institut kepada Jabar Ekspres, Rabu (19/5).

Penyandang Duta Politik Indonesia itu melanjutkan, esensi di balik peringatan Hari Kebangkitan Nasional itu sendiri harus dimaknai sebagai sebuah proses refleksi kebangsaan, tentang apa yang mesti dilakukan pasca Indonesia merdeka.

“Hal yang kadang absen di balik momen peringatan tersebut ialah kontinyuitas refleksi diri. Artinya, bahwa kegiatan (perayaan) yang dilakukan itu hanya bersifat sementara, kini dan hanya di sini. Padahal, yang kita inginkan, setelah ini lalu apa?” tukas Agnia.

Menurut Agnia, adalah naif ketika masyarakat hanya sibuk menggelar ritual peringatan namun luput dalam meyelami pesan tersirat di baliknya.

Lebih lanjut, dirinya menyarankan agar refleksi kebangkitan bangsa menjadi pijakan mental dan aksi nyata mengisi kekosongan kemerdekaan.

“Pasca kemerdekaan, berbagai kekosongan pos pembangunan bangsa terlihat hampir di semua lini. Harapan besarnya tentu hal itu diisi dengan berbagai agenda dan karya nyata demi memajukan pembangunan menuju Indonesia maju dan sejahtera,” terang dia.

Khusus bagi kaum perempuan, ia menyarankan agar pro aktif dalam dinamika kebangsaan melalui pemberdayaan politik, penguatan nasionalisme dan turut serta di dalam menumbuhkan kesadaran dan peran perempuan dalam mengawal pembangunan.

“Hari ini, semua peluang terbuka bagi siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Tinggal bagaimana perempuan mengambil langkah untuk memanfaatkan peluang tersebut. Pemberdayaan politik bagi kaum perempuan juga memiliki urgensi cukup kuat di dalam mengisi pos pembangunan,” tandasnya. (Mg12/hrs)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan