“Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia kelautan. Jadi poinya adalah saya bertekad di zaman saya gubernur urusan lingkungan harus yang terbaik,” katanya.
Menurutnya, hal itu terlihat jelas ketika datang ke pantai, dimana kini lautan Indonesia tak seindah dulu, bahkan banyak biota laut yang menjadi korban akibat sampah dari manusia.
“Semua ngumpul di laut, makanya dulu katanya laut indah ya enggak seindah yang diceritakan lagi. Yang dilihat plastik dari mie instan ada plastik dari mineral sudah banyak cerita penyu yang terjaring atau dibedah perutnya isinya plastik dan sebagainya,” hematnya.
Ia pun mengatakan, bahwa hal tersebut tak terlepas dari sikap perilaku dan kebiasaan orang Indonesia itu sendiri yang cenderung mementingkan diri sendiri.
“Pola hidup orang Indonesia itu yang penting not in my back yet attitude yang penting nggak keliahatan oleh mata sampah buang ke belakang, buang ke mana yang penting nggak kelihatan di halaman, apakah dia (sampah) ke sungai ke selokan nggak peduli,” cetusnya.
Ia memberi contoh ketika masih menjabat sebagai Wali Kota Kota Bandung, di mana banyak sampah yang seharusnya tidak ada tapi malah berserakan di sungai-sungai.
“Zaman saya wali kota kan sungai-sungai kotor dari sampah yang kecil sampai kasur, sampai sofa, lemari, menganggap dibuang ke sungai terus itu otaknya di mana, emang si sofa tuh bisa geser-geser,” paparnya.
Di tempat berbeda, Ketua Pansus II DPRD Provinsi Jawa Barat Abdy Yuhana setelah beroperasi, TPPAS Regional Legok Nangka dapat menjadi solusi bagi permasalahan sampah khususnya di Kawasan Bandung Raya.
“Pemprov Jabar dan DPRD sama-sama mempunyai keinginan yang kuat untuk segera merampungkan TPPAS Legok Nangka, karena pada saat ini problematika sampah di Jawa Barat khususnya Bandung Raya sangat memprihatinkan,” ucap Abdy.
Saat ini kondisi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Sarimukti, sudah tidak mampu menampung sampah dari 4 (empat) kabupaten/kota di Bandung Raya.
Sedikitnya 2.000 ton sampah Bandung Raya menumpuk di TPSA tersebut, bahkan saat ini TPSA Sarimukti mengalami over-kapasitas. Selain itu diperkirakan TPSA Sarimukti hanya bisa menampung sampah hingga tahun 2024.