BANDUNG – Salah satu pahlawan nasional asal tanah Sunda, Raden Dewi Sartika merupakan seorang tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan di Indonesia.
Wanita yang lahir pada tahun 4 Desember 1884 tersebut banyak meninggalkan sejarah, salah satunya ketika mendapatkan gelar Orde van Oranje-Nassau atau gelar yang diberikan bagi setiap orang yang memiliki jasa istimewa bagi masyarakat.
Atas segala perjuangannya itu, untuk mengenang jasa-jasa kepahlawanannya, nama Raden Dewi Sartika diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Bandung.
Selain itu, kini salah satu bentuk penghargaan bagi wanita yang wafat pada usia 62 tahun tersebut yakni diabadikan juga dalam bentuk monumen prasasti yang terletak di Taman Balai Kota Bandung.
“Saya apresiasi dan berikan dukungan terhadap peresmian prasasti hari ini, mengingat kita mempunyai inohong (tokoh) khususnya dalam ilmu pendidikan,” ujar Walikota Bandung, Oded M. Danial saat melangsungkan peresmian, Senin (3/5).
Peresmian tersebut sekaligus memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei lalu.
Prasasti tersebut sebenarnya telah selesai direnovasi pada akhir tahun lalu oleh Kadamas (Korps Daya Mahasiswa Sunda ) namun baru sempat diresmikan hari ini dikarenakan masalah pandemi.
“Jadi renovasi ini inisiatif dari kadamas, dulu itu kan cuma bisa liat-liat saja, nah kalo sekarang sudah ada tulisan, ada pesan penting yang bisa diambil,” tambahnya.
Dalam monumen tersebut terdapat prasasti yang memuat konsep pengajaran Raden Dewi Sartika yang berbunyi:
Oepama bangsa oerang ditoengtoen-toengtoen sakoemaha mistina sakoemaha perloena, dibéré pangadjaran anoe hadé diwoeroekan ti boeboedak, adabna gé djadi hadé, pamilihna bener, pikiranna méncrang.
Artinya: Jika bangsa kita diperlakukan semaksimal mungkin, diberi pendidikan yang lebih baik daripada budak, perilakunya akan lebih baik, pemilihnya benar, pikiran mereka akan jernih). (MG7)