JAKARTA – Psikolog Analisa Widyaningrum mengakui sulitnya ramadan ditengah pandemi terlebih bagi keluarga yang memiliki anak dengan proses belajar PPJ atau pembelajaran jarak jauh yang secara tidak langsung orang tua memiliki peran ganda, guru dan orang tua. Terlebih disampaikan sebelumnya, berdasarkan penelitian, 80 persen anak muda mengalami penurunan mental dan 70 persen orang tua kelelahan mengasuh anak.
“Tapi saya melihat kita tidak shock lagi, kita sudah mulai sadar, awareness yang cukup tinggi betapa pentingnya kita membangun kesehatan fisik, karena untuk menerima situasi ini tidak mudah,” terang dia dalam diskusi daring Aqua Ramadan Talkshow, Selasa (20/4).
Kata dia, salah satui waktu perbaikan mental bagi kita adalah pada momen ramadan. Masa puasa ini menjadi salah satu pengikat untuk dapat mengendalikan diri lebih baik lagi. Khususnya menjaga diri dan hati untuk bisa lebih dikendalikan.
Sementara untuk menjaga kesehatan mental selama Ramadan, ia menyarankan agar masyarakat dapat menjaga asupan gizi, jangan sampai kekurangan nutrisi dan cairan karena akan berpengaruh besar kepada mood atau mental seseorang.
“Punya kualitas tidur yang baik, itu adalah siklus yang paling bagus bagi tubuh supaya mood kita bagus, kemudian manajemen waktu yang baik,” tutur dia.
Hal simple yang dapat dilakukan untuk membuat mental tetap terjaga adalah dengan tersenyum. Kata dia, senyum dapat membuat hati menjadi bahagia, begitu juga dengan orang yang menerima senyum kita. Ibaratkan berdonasi yang akan kembali kediri kita lagi. (Jawapos)