BANDUNG – Perayaan hari perempuan internasional yang jatuh tiap tanggal 8 Maret rupanya tidak hanya perjuangan soal kesetaraan gender. Dalam acara seremoni tahun ini yang dihelat di depan Gedung Sate, Bandung, Senin(8/3) siang, terdapat beberapa poster dari para peserta aksi yang meminta agar Otonomi Khusus (Otsus) untuk dihentikan.
Gambar-tulisan yang meminta penolakan Otsus Papua itu datang dari para masyarakat Papua yang tinggal di Bandung. Mereka datang beriringan dengan para pengunjuk rasa yang menentang kapitalisme hidup subur di NKRI.
“Kami mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Kota Bandung dengan hormat, menolak Otonomi Khusus Papua,” ucap salah seorang peserta aksi, Sawaki (24).
Otsus Papua dinilainya telah gagal karena tidak memberikan secara masif kesejahteraan bagi masyarakat Papua. Ia juga menekankan bagaimana pemerintah harus memberikan layanan kesehatan, infrastruktur dan percepatan pembangunan di Bumi Cendrawasih.
“Otsus ini hanya akal-akalan belaka saja,” ucapnya.
Untuk diketahui, Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua diberikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia lewat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001.
Otonomi ini memberikan kewenangan khusus yang diakui kepada Provinsi Papua. Provinsi-provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Papua juga termasuk didalamnya. Mandat diberikan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan gagasan sendiri berdasarkan hak-hak dasar masyarakat Papua.
Pemerintah dan DPR kini berencana memperpanjang Otsus Papua karena penyelenggaraannya akan selesai tahun ini. RUU Otsus Jilid II pun dijadikan program legislasi nasional (prolegnas) prioritas pemerintah tahun 2021.(mg1/wan)