Berpacu Menuju Kursi RI-1 2024

Hasil Pemilu 2019 selengkapnya adalah sebagai berikut: PDI-P: 27.053.961 (19,33 persen), Gerindra: 17.594.839 (12,57 persen), Golkar: 17.229.789 (12,31 persen), PKB: 13.570.097 (9,69 persen), Nasdem: 12.661.792 (9,05 persen), PKS: 11.493.663 (8,21 persen), Demokrat: 10.876.507 (7,77 persen), PAN: 9.572.623 (6,84 persen), PPP: 6.323.147 (4,52 persen), Perindo: 3.738.320 (2,67 persen), Berkarya: 2.929.495 (2,09 persen), PSI: 2.650.361 (1,89 persen), Hanura: 2.161.507 (1,54 persen), PBB: 1.099.848 (0,79 persen), Garuda 702.536 (0,50 persen), PKPI 312.775 (0,22 persen).

Dilihat dari perolehan suara pada pemilu 2019, tidak ada satu partaipun yang mampu untuk mendapatkan 20 % suara, maka sudah pasti akan berkoalisi. Sehingga dalam memetakan kandidat Capres-Cawapres 2024, pastinya akan mempertimbangkan raihan suara partai, potensi koalisi, serta elektabilitas individu. Dan kalau kita petakan berdasarkan hal-hal tersebut, maka kita akan mendapatkan kemungkinan komposisi Capres-Cawapres serta partai pendukungnya, dan peluangnya seperti apa dalam Pemilu 2024.

Posisi teratas hasil elektabilitas adalah Prabowo Subianto, meskipun elektabilitas akan sangat tidak  berarti apabila tidak memiliki kendaraan politik, namun Prabowo memilikinya, karena dia adalah Ketua Partai Gerindra, pemenang kedua dalam pemilu legislatif 2019.

Peluang tambahan suara adalah dari partai pemenang dalam pemilu 2019, yaitu PDIP. Pasca diplomasi “nasi goreng” hubungan PDIP dengan Gerindra yang selama dua periode berhadap-hadapan menjadi lebih tenang dan bahkan Prabowo masuk dalam lingkaran istana.

Koalisi PDIP-Gerindra seakan mengingatkan kita pada Pemilu tahun 2009, dimana pada saat itu, PDIP dan Gerindra mengusung pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto untuk bersaing dengan SBY-Budiono. Representasi PDIP dan Gerindra di tahun 2024 adalah Prabowo Subianto kemungkinan dengan Puan Maharani. Puan Maharani sedang disiapkan untuk menjadi penerus dinasti Soekarno dalam pemerintahan Indonesia, setelah kakeknya Soekarno dan Ibunya Megawati menjadi presiden sebelumnya.

Kehadiran Puan Maharani tidak instan, meskipun untuk saat ini popularitasnya belum tinggi. PDIP mempersiapkan Puan, mulai dari Ketua DPP, menjadi Menko di pemerintahan Jokowi-JK dan sekarang mejabat sebagai ketua DPR.

Trah politik yang jelas jalurnya dimiliki oleh Puan, maka akan menjadi realistis apabila PDIP mendorong Puan mendampingi Prabowo, meskipun banyak pandangan pastinya yang menyebut sebuah penurunan, apabila kader partai PDIP hanya menjadi RI-2.

Memang disinilah kepiawaian seorang Megawati Soekarnoputri dalam merancang strategi diuji. Ada beberapa alasan yang bisa dikedepankan berkaitan dengan kemungkinan dukungannya kepada pasangan Prabowo-Puan Maharani.

Tinggalkan Balasan