BANDUNG – Akademisi menjadi bagian dari vaksinansi Covid-19 secara masal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pada Selasa, 2 Maret 2021. Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung turut menjadi bagian dalam vaksinansi masal tersebut.
Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah mengatakan, sebagai perwakilan dari akademisi, pihaknya turut mendukung sepenuhnya proses vaksinansi Covid-19 yang selama ini dilakukan. Dukungan tersebut juga dibuktikan dengan penyelenggaraan gebyar vaksin yang dilakukan oleh ITB beberapa waktu lalu.
“Saya percaya pada dinas kesehatan, para nakes, sangat mendukung kami juga di ITB beberapa waktu yg lalu menyelenggarakan gebyar vaksin yah. Walaupun dengan persiapan dalam waktu terbatas tapi seluruh civitas akademika ITB sangat senang untuk bisa membantu nakes,” ujarnya di Balai Kota Bandung, Selasa (2/3).
Reini yang juga menerima vaksin Covid-19 dosis pertama turut menceritakan pengalamannya saat melakukan vaksinasi. Dia tidak merasa khawatir saat akan disuntikkan vaksin, meski dirinya mengaku sudah lama tidak melakukan suntik.
“Saya sudah lama sekali tidak suntik, tapi betul-betul diluar tidak terasa sama sekali. Tidak ada kekhawatiran mengenai vaksin ini, saya pikir ini sudah melalui berbagai evaluasi para ahli dan ini yg terbaik gitu,” ujarnya.
“Tadi hanya khawatir, namanya pribadi yg sudah lama tidak disuntik, pasien secara umum, manusiawi saja. Iya (merasa aman), kan kita enggak ada jurusan kedokteran tapi saya merasa ini tugas banyak orang dan kita harus menyumbang konkret kita bisa apa pas ketika mendapat kesempatan. ITB tidak ragu-ragu bahkan sangat senang dapat kesempatan,” tambahnya.
Berdasarkan pengamatan Reini, nampaknya akan ada kebiasaan baru meskipun masyarakat telah menerima vaksin Covid-19. Namun menurutnya, upaya-upaya penerapan protokol kesehatan yang saat ini tengah dilakukan, harus tetap berjalan.
“Memang keliatannya akan ada kebiasaan baru walaupun sudah menggunakan vaksin tapi tetap kita mengurangi kerumunan, melakukan acara2 seremonial yg lebih esensial. Saya pikir kita mengurangi itu, lebih fokus pada kegiatan yang pandemi ini harus dicegah terjadi kembali,” bebernya.
“Kalaupun ini diberi kesempatan untuk berakhir pandemi ini, tidak selesai ya kita harus tetap meningkatkan kewaspadaan sbg bangsa gmna caranya supaya risiko-risiko seperti ini di mitigasi. Dan kita juga akan mendesign kembali proses pembelajaran luring nanti. Format-format acara nya haris kita desain ulang,” sambungnya.