BANDUNG – Kota Bandung menghasilkan sampah rata-rata 1.500 ton per hari. Kontribusi terbesar berasal dari sampah makanan dan daun sebesar 44,5 persen dan sampah plastik sekitar 16,7 persen dari botol, gelas, bungkus, wadah, dan kantong. Persentase sampah plastik juga menjadi salah satu penyumbang sampah terbanyak.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berencana mengadopsi pola pengelolaan sampah seperti yang dilakukan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Teknologi pyrolisis digunakan pada tahap akhir pengolahan sampah dengan membakar residu sampah hasil pemilahan yang dilakukan kelompok swadaya masyarakat. Sisa sampah tersebut dibakar menggunakan suhu tinggi mencapai 950 derajat celsius.
“Tempat Pengolahan Sampah di Banyumas ini cukup komprehensif, cukup bagus. Sedang dipikirkan kalau bisa pola seperti di sini diterapkan di Bandung,” ungkap Oded dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/2).
Perlu diketahui, Kabupaten Banyumas juga mempunyai permasalahan serupa dengan Kota Bandung terkait Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bahkan tahun ini merupakan tahun terakhir bagi mereka menggunakan TPA yang ada.
Banyumas memadukan pengelolaan sampah dari mulai pemilahan, pencacahan, hingga menghabisi residunya dengan metode pyrolisis.
Oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Banyumas membuat hanggar-hanggar besar sebagai pusat pengolahan sampah dengan memberdayakan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Timbunan sampah dipilah, sebagian dibuat kompos, sebagian lainnya dimanfaatkan untuk budidaya magot, sampah anorganik dikelola sehingga bernilai ekonomi, dan lain-lain.
“Karena Bandung punya beberapa (lahan) bekas TPA atau TPS-TPS besar, konsep pengelolaan sampah terpadu yang diakhiri dengan teknologi pyrolisis (memungkinkan) untuk diaplikasikan,” kata Oded.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, Junaidi mengatakan, pyrolisis merupakan senjata pamungkas pengolahan sampah.
Sampah yang sudah tidak bisa diolah lagi, dibakar menggunakan mesin pyrolisis.
“Pengalaman dua bulan, kami memadukan konsep pengolahan sampah dengan pyrolisis. Dari 25 kubik sampah setelah dicacah tinggal 2 kubik. Residunya kemudian dibakar dan hanya memerlukan waktu 2 jam dengan bahan bakar 30 liter,” jelasnya.
“Ini efisien karena hanya butuh biaya Rp 60.000 per kubiknya di luar tenaga KSM dan mesin pencacah,” imbuhnya.
Di tempat terpisah, Bupati Banyumas Achmad Husein mengaku terlibat langsung hingga teknis pengembangan pengolahan sampah di daerahnya termasuk mesin pyrolisis.