CIKALONGWETAN – Masyarakat di Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, sudah sangat geram dengan dampak buruk yang ditimbulkan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) oleh PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia-Cina).
Yang paling terasa bagi mereka yakni kerusakan jalan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat sepanjang tujuh kilometer di Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami kerusakan parah.
Kepala Desa Cikalong, Agun Gumelar mengatakan kerusakan jalan tersebut terjadi akibat sering dilintasi oleh truk berukuran besar yang merupakan pengangkut material proyek milik KCIC itu.
Padahal jalan tersebut merupakan jalan utama penghubung dua kecamatan yakni Kecamatan Cikalongwetan dan Kecamatan Cipendeuy. Jalan itu juga sekaligus jalan alternatif menuju Cianjur serta Purwakarta.
“Kondisi jalannya menang rusak parah, ada yang berlubang dan aspalnya mengelupas. Sudah ada beberapa pengendara jadi korban juga, mereka jatuh karena saat hujan jalan itu lubangnya tergenang air,” ujar Agun saat ditemui di Desa Cikalong, Rabu (24/2).
Tak cuma jalan, saat ini warga juga mengeluhkan keringnya sumber air yang bernama Sumumput yang selama puluhan tahun menjadi sumber utama berbagai aktivitas warga seperti memasak, mencuci, dan mandi.
Selama puluhan tahun, sumber air itu tak pernah mengering. Namun, tiba-tiba kini tak mampu memenuhi kebutuhan warga usai kehadiran proyek kereta cepat di wilayah warga.
“Sejak ada pembangunan kereta cepat, air gak ada, kering total. Padahal sebelumnya gak pernah surut meskipun kemarau berbulan-bulan,” ungkap Alit warga setempat.
Ia dan warga lainnya kini terpaksa harus menyambung selang ke sumber air dari kampung sebelah demi mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan biaya Rp 40 ribu perbulan.
“Sekarang hujan juga tetep gak ngalir. Dulu masyarakat dari daerah lain juga ambil air, bawa jerigen ke sini. Sekarang kebalik,” ujarnya.
Sebenarnya, pihak KCIC sudah membuatkan sumur bor dengan kedalaman 50 meter. Namun tiga kali gagal mengeluarkan air, sehingga tidak bisa dimanfaatkan warga.
“Kering katanya sumber air disini, banyak batu-batu jadi engga bisa ngalir padahal sudah 50 meter kedalaman bornya,” tandasnya. (mg6)