SOREANG – Ketua DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Bandung, Nandang Sucita menyatakan tidak puas dengan pelaksanaan Musyawarag Daerah (MUSDA) ke X DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung yang berlangsung pada Sabtu, (20/2)
Menurutnya, pada saat pelaksanaan ada 18 pemilik suara yang menyatakan walk out. Sebab merasa dicurangi dan tidak sesuai aturan main.
’’Golkar itu bukan yayasan atau organisasi biasa. Golkar ini organisasi politik jadi harus transparan,” ucapnya kepada wartawan di Hotel Sutan Raja, Soreang, Sabtu, (20/2).
Dia menilai, pelaksanaan MUSDA X sejak awal tidak beres. Termasuk mekanisme penyelenggaraannya. Seperti pada surat undangan seharusnya atas nama Organizing Committee (OC) dan Steering Committee (SC).
’’Jadi undangan itu bukan dari Ketua DPD Partai Golkar Kab. Bandung yang sudah demisioner,’’cetusnya.
Selain itu, ketika MUSDA berjalannya, tiba-tiba banyak plt-plt yang berbalik mendukung suara. Sehingga, kandidat lain seolah-olah dilemahkan.
Ditempat sama, Ketua Pengurus Kecamatan (PK) Paseh Enjang Mukyana mengungkapkan, aksi walkout dilakukan karena kecewa. Terlebih, lima Ketua PK tidak diundang. Padahal, sudah melakukan verifikasi.
Selain itu, pihak OC dan SC dinilai ceroboh. Sebab, tidak memiliki cap (stempel) Musda-X sebagai unsur legitimasi.
“Hajat besar ini dilaksanakan SC dan OC, tapi Cap atau Stempel Musda tidak ada. Ini merupakan kecerobohan administrasi,” katanya.
Seperti diketahui, pada Musda Golkar Kabupaten Bandung memiliki dua kandidat. Yaitu, H. Anang Susanto (Anggota DPR RI) dan H. Sugianto (Ketua DPRD Kab. Bandung).
MUSDA X Partai Golkar Kab. Bandung memperebutkan 36 suara terdiri dari 31 suara PK (Pengurus Kecamatan). Sisanya dari organisasi sayap Golkar dan DPD Golkar Jabar.
Adanya aksi walkout tersebut, MUSDA tetap berjalan dengan keputusan memilih H. Sugianto secara aklamasi. (mg1/yan)