Mobilitas Masyarakat Jadi Faktor Tingginya Positivity Rate Kota Bandung

BANDUNGPositivity rate di Kota Bandung saat ini mencapai 18,49 persen. Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19, Ema Sumarna mengatakan, angka tersebut meningkat menandai laju penyebaran di komunitas bertambah.

“Mobilitas di Bandung tinggi. Disiplin protokol kesehatan adalah keniscayaan jika kita ingin menang dalam perang panjang ini melawan pandemi virus Covid-19,” ungkapnya kepada wartawan di Balai Kota Bandung, Jumat (19/2).

Selain angka positivity rate yang masih tinggi, kata Ema, pihaknya juga berikan perhatian khusus karena angka dan presentasi kasus konfirmasi ini mengalami kenaikan sebesar 14.56 persen.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan provinsi yang berada di angka 6,71 persen dan nasional 10.38 persen. Hal ini menunjukkan transmisi penyebaran Covid-19 di Kota Bandung masih tinggi

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, perbandingan data pada 5 Februari dengan data per tanggal 17 Februari 2021 menunjukan bahwa Kota Bandung masih dalam zona resiko sedang dengan total konfirmasi kasus di Kota Bandung adalah sebesar 11.330, atau bertambah sebanyak 1.440 kasus.

Menurut Ema, pandemi Covid-19 saat ini seperti liga sepakbola, di mana setiap daerah bisa naik dan turun dalam menduduki peringkat tertinggi maupun terendah daerah yang menyumbang kasus di Kota Bandung.

Kini, Kecamatan Coblong menjadi peringkat tertinggi disusul oleh Arcamanik dan Lengkong.

“Mang Oded harapkan peran Satgas di level kewilayahan agar terus meningkatkan kinerjanya, meskipun Mang Oded tahu ini melelahkan, tapi kita harus tetap semangat dan meningkatkan endurance dan reliability kita untuk menghilangkan virus Covid-19,” ungkapnya.

Ema menuturkan, tren kenaikan kasus Covid-19 di Kota Bandung kerap kali terjadi setiap libur panjang. Hal itu juga tidak terlepas dari tingginya mobilitas masyarakat, terlebih saat hari libur.

“Seperti kita tahu bahwa setiap libur panjang akan berdampak pada peningkatan kasus di 2-3 minggu berikutnya, kenapa bisa terjadi? Hal ini karena mobilitas masyarakat yang masuk dan keluar Kota Bandung menjadi tinggi namun tidak diimbangi dengan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 5M,” jelasnya.

Ema membeberkan, pelanggaran yang terjadi selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan