Harga Jual Tak Sesuai dengan Modal, Petani Ogah Tanam Kedelai

SOREANG – Dinilai tak memiliki prospek yang menjanjikan, karena harganya yang tergolong rendah, membuat para petani kedelai di Kabupaten Bandung tidak mau lagi menanam atau bertani kedelai.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran saat ditemu Jabar Ekspres, Senin (4/1).

Menurutnya, masalah harga yang selama ini diterima para petani menjadi alasan petani enggan menanam kedelai.

”Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas adalah harga. Sehingga, apabila harga menarik maka petani akan berimprovisasi. Karena hal itu berhubungan langsung dengan pendapatan mereka,” ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini Harga Pemulihan Pemerintah (HPP) untuk kedelai ditetapkan Rp 8 ribu.

”Seharusnya, apabila HPP sudah ditetapkan, pemerintah (Bulog) membeli Kedelai itu. Meski HPP sudah ditetapkan, namun kalau tidak dibeli maka petani pun tetap tak mau menanam,” terangnya.

Dengan tidak dibelinya kedelai oleh pemerintah, maka Tisna mengaku, pihaknya mempersilahkan petani kedelai yang diberi bantuan benih untuk menjual dan bekerjasama dengan industri pengolahan tahu dan tempe.

“Saat ini, para petani kedelai masih berjuang sendiri untuk menjual hasil panennya, saya berharap para petani kedelai bisa kerjasama dengan para pelaku industri tahu tempe, agar tidak mengandalkan impor,” bebernya.

Dia menjelaskan, sebenarnya budidaya kedelai lebih susah dan ribet dibandingkan dengan proses budidaya dari komoditas yang lainnya. Misalnya, unsur tanahnya harus mengandung kapur dan terlalu banyak hama penyakitnya, seperti ulat daun.

”Jadi dua kondisi itu yang tidak mendukung swasembada kedelai. Di Kabupaten Bandung, petani lebih ingin menanam kedelai tapi dipanennya masih muda, menjadi kacang bulu, karena waktunya lebih cepat dan harganya pun lebih mahal dibandingkan kedelai untuk industri tahu tempe,” jelasnya.

Sejauh ini, lanjutnya, Kabupaten Bandung bukan daerah sentra kedelai. Sehingga wajar jika minat petani untuk menanam kedelainya minim.

”Kalau ada bantuan, barulah petani mau menanam kedelai,” ucapnya.

Saat ini, menurutnya, industri lebih tertarik menggunakan kedelai impor. Karena kedelai impor dinilai kualitas kedelainya seragam dan kadar airnya pun bagus, serta ketersediaannya banyak.

”Harganya relatif tidak jauh beda dengan kedelai lokal. Kedepan, kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah pusat terkait dengan permasalahan kedelai ini,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan