Nurohatun Hasanah (48), salah satu konsumen yang memiliki usaha warteg dan membutuhkan tempe tahu mengeluhkan kelangkaan bahan tersebut. Biasanya, ia membutuhkan sekitar 30-40 kilogram tahu dan tempe untuk dijual di warungnya di Jatinegara, Jakarta Timur.
“Sudah sejak tahun baru ini aja saya gak ketemu lagi tahu dan tempe di pasar. Saya juga baru tahu hari ini kalau ada mogok kerja dari yang bikin (produsen),”keluhnya.
Kelangkaan bahan makanan favorit ini membuatnya harus mengganti menu. Tak mendapatkan tempe dan tahu, ia menggantinya dengan kentang dan sayuran lain.
“Ada yang lain, misalnya ada kentang sayuran yang lain, kalau gak ada tahu tempe. Saya baru tahu kalau katanya kacang kedelai lagi susah,”ungkapnya.
Namun, ia berharap pasokan tempe dan tahu kembali lancar di pasar. Pasalnya, peminat makanan berbahan baku kacang kedelai ini lumayan tinggi di warungnya.
“Namanya orang Indonesia kan favoritnya tahu tempe. Seharusnya walaupun mahal harus diadain biarpun mahal,”jelasnya.
Keluhan serupa juga diungkapkan Windy (27), konsumen tahu tempe yang membutuhkan bahan makanan tersebut untuk berjualan gorengan. Kelangkaan ini membuatnya tak menyediakan gorengan tempe dan tahu beberapa hari belakangan.
“Kalau jualan sih tetap, tapi kan saya gak jual tahu dan tempe jadi pendapatan jadi turun sekitar setengahnya, karena dagangan gak komplit,”akunya.
Iapun berpesan kepada produsen agar harga tahu dan tempe dapat stabil kembali dan tetap terjangkau.
“Walaupun harganya naik, yang penting ada. Yang penting naiknya terjangkau. Pelanggan nanyain juga, padahal baru seminggu lalu toge gak ada di pasaran,”jelasnya. (bbs)