“Para lansia adalah mereka yang sudah bekerja keras, jadi mereka juga sudah memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa maupun keluarga,” imbuhnya.
Kegiatan-kegaitan yang digelar dalam BKL mulai dari pemeriksaan kesehatan, senam bersama atau olah raga, hingga curhat. Selain itu, ada pula temu keluarga dan kunjungan rumah. BKL pun diharapkan bisa menciptakan lanjut usia yang mandiri, menciptakan kesejahteraan spiritual bagi lanjut usia, dan menciptakan lanjut usia yang sehat lahir dan batin.
Dalam BKL, keluarga berperan untuk memfasilitasi lansia dalam mengarahkan komponen yang dimilikinya; meningkatkan ketaqwaan beribadah dan penyediaan sarana ibadah; pembinaan fisik untuk menjaga kesehatan melalui pemberian makanan bergizi, menjaga kebugaran melalui olah raga, tidur teratur, hingga merawat lansia jika sakit.
Peran keluarga lainnya dalam membentuk lansia sejahtera dan bahagia, yaitu dalam pembinaan mental psikis untuk mengatasi keadaan mental dan emosional, hingga pembinaan ekonomi untuk mengatasi rasa kesepian dengan menciptakan suasana yang menyenangkan agar merasa diperhatikan dan dibutuhkan.
“Karena para lansia ini perlu di dengar dan diperhatikan, juga merasa dibutuhkan,” ucap Atalia dalam paparannya di acara sosialisasi tersebut.
“Peran keluarga juga penting dalam memberikan motivasi untuk mengembangkan hobi atau pekerjaan ringan dan memenuhi kebutuhan lansia,” tambahnya.
Sementara itu, tujuh dimensi Lansia Tangguh meliputi: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional, vokasional, dan lingkungan. Tujuh dimensi tersebut juga menjadi indikator lansia yang sehat secara fisik, sosial, mental, mandiri, aktif, dan produktif.
Melalui tujuh dimensi ini, diharapkan para lansia mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara prositif, sehingga mencapai masa tua berkualitas dalam lingkungan yang nyaman.(rls)