Puluhan Perahu Rusak, Nelayan Rugi Setengah Miliar

GARUT – Banjir yang menerjang wilayah selatan Garut pada Senin (12/10), rupanya tidak hanya merusak rumah yang ada di sekitar sungai. Kerusakan pun terjadi pada puluhan kapal nelayan yang tengah disandarkan di Dermaga muara Sungai Cilauteureun, dan belasan lainnya terbawa air lalu tenggelam di tengah laut.

Kepala Rukun Nelayan Santolo, Pudin Marjoko mengatakan bahwa puluhan perahu yang rusak dan hilang itu adalah milik para nelayan yang tak pergi melaut saat kejadian banjir. ”Ada 35 perahu rusak saat banjir, 15 diantaranya hilang. Banyak juga yang rusak ringan, tapi bisa tertolong,” kata Pudin, Rabu (14/10).

Pudin memperkirakan bahwa kerugian akibat hal tersebut mencapai Rp 500 juta. Besarnya jumlah kerugian dihitung dari harga satu unit perahu beserta mesin dan kelengkapan lebih dari Rp 50 juta dikali perahu rusak dan hilang.

“Sekarang perahu-perahu nelayan banyak yang diparkirkan di bibir Pantai Santolo yang biasa digunakan untuk tempat wisata. Nelayan masih khawatir terjadi banjir susulan. Kalau di lokasi itu memang lebih aman lah,” ungkapnya.

Salah seorang nelayan, Gun Gun mengaku bahwa ketika banjir terjadi ia baru saja pulang melaut. Saat hendak masuk muara untuk menyandarkan perahu, ia melihat aliran air dari sungai cukup deras sehingga memilih tidak masuk ke dermaga.

“Saya saat itu melihat banyak perahu yang terbawa derasnya air sungai. Tinggi air memang lebih tinggi sekitar 1 sampai 2 meter dibanding biasanya. Jadinya saya tidak masuk ke dermaga, tapi langsung saja ke arah pantai yang aman dari banjir. Alhamdulillah perahu saya tidak rusak,” ucapnya.

Banjir besar, menurutnya memang biasa terjadi setiap 10 tahun sekali. Namun banjir yang terjadi Senin (12/10) lebih besar dibanding 10 tahun yang lalu.

Nelayan lainnya, Sula mengaku bahwa dirinya beruntung karena perahunya tidak rusak akibat banjir. Saat kejadian banjir, ia juga mengaku baru pulang melaut. “Melihat air besar di sungai, saya tidak berani masuk muara. Sekarang juga perahu saya diparkir di pantai,” katanya.

Untuk memarkirkan perahu di pantai, disebut Sula, memerlukan tenaga ekstra. Bagaimana tidak, perahu harus ditarik di atas pasir agar tidak terbawa ombak. Untuk bisa menaikan satu perahu, setidaknya dibutuhkan tenaga manusia sebanyak 30 orang.

Tinggalkan Balasan