Terpisah, Ketua Cinta Budaya Nusantara (CBN), Melok Bestari meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk membuat dan menerapkan kebijakan Rabu Nyunda.
Menurut Melok, Rabu Nyunda harus diatur dalam kurikulum pendidikan sehingga dapat berjalan diseluruh sekolah di Jabar. “Nah, pak Emil inikan sudah memegang Jawa Barat, harusnya pak Emil tidak hanya Bandung sekarang harsunya se-Jawa Barat ada Rabu nyunda,” kata Melok di Bandung, Rabu (14/10).
Dia menyebut, pihaknya akan mendatangi setiap sekolah untuk mengajak serta menyosialisasikan Rabu berkebaya. “Kita mengadakan dari mulut ke mulut ngajakin untuk Rabu Nyunda dengan menggunakan kebaya,” ucapnya.
Melok menjelaskan, generasi muda harus diberi wawasan tentang Kebaya. Pasalnya, hampir sebagian pelajar di sekolah tidak tahu jenis dan makna dari kebaya itu sendiri.
Oleh karena itu, CBN dan Pemprov Jabar harus memperkenalkan dan mengedukasi tentang kebaya kepada generasi muda.
“Karena mereka itulah yang terserang oleh budaya dari luar. Memang itu tidak bisa di hindari tapi tidak boleh melupakan budaya kita sendiri,” katanya.
Di tempat yang sama, Himpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Jawa Barat mengajak seluruh masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikan budaya Nusantara agar tidak tergerus tren dan budaya luar.
Ketua INTI Jabar, Dedi Wijaya mengatakan budaya adalah wariskan leluhur suatu negara kalau tidak ada budaya itu negara akan hancur. Jadi, lanjut dia, keturunan atau generasi berikutnya wajib mempertankan budaya.
“Budaya warisan ribuan tahun itu wajib kita mempertahankan. Tidak mungkin negara lain mempertahankan selain kita-kita ini sebagai generasi penerus ini,” katanya.
Inti sendiri, ucap dia, adalah satu wadah untuk komponen yang terdiri dari berbagai suku seperti Batak, Padang, Jawa, Sunda, Makasar, Bali yang bertujuan untuk melestarikan budaya Nusantara.
“Kita mengisi negara dengan aneka ragam, bineka tunggal Ika, tujuannya tetap satu mempertahankan NKRI,” pungkasnya. (mg1/drx)