Pembangunan Bendungan Sadawarna, nantinya bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), jika desa bisa menarik perhatian pengunjung dan wisatawan yang ingin melihat bendungan tersebut. “Bisa juga PAD, tapi itu rencana ke depannya,” ungkapnya.
Warga Kaya Mendadak di Tengah Pandemi
Warga Sadawarna Karim, T (42) mengatakan, besaran luasan lahan dan rumah dirinya bisa diganti, karena dampak Bendungan Sadawarna lumayan menghasilkan jika dibayar. Apalagi, di tengah pandemi seperti ini, tentunya bisa menjadi kaya mendadak. “Kalau sekaarang ga punya duit, eh tiba-tiba dibayar lahan sama rumah saya di tengah pandemi, itu kan sama saja kaya mendandak,” katanya.
Warga lainnya, Enung Rohman (34) mengatakan, dirinya mau saja dibebaskan lahan dan rumahnya, asal pergantiannya menjadi ganti untung bukan ganti rugi. Enung juga ingin diizinkan untuk berdagang di sekitar bendungan tersebut jika sudah selesai. “Asalkan saya bisa berdagang saja,” katanya.
Realisasi pengadaan tanah dalam proyek bendungan tersebut di Desa Sadawarna ada tanah masyarakat 605 bidang, luas 1.471.052m2 atau 147,1052 hektare. Yang sudah bersertifikat hak milik 241 bidang dengan luas 717.116m2 dan lahan garapan masyarakat di atas tanah negara ada 362 bidang dengan luas 753.936m2, tanah non masyarakat 9 4 bidang luas 1.360.483m2 atau 136,0483 hektare. Lahan di PT Dahana lahan tiga bidang dengan luasan 723.763m3. PT Bakti SNP lahan 1 bidang dengan luasan 637.720m2, sehingga jumlah luas keseluruhan di Desa Sadawarna yang terealiasi untuk pengadaan tanahnya ada 2.832.535m2 atau 283,535 hektare.(ygo/vry)
Realisasi Pengadaan Tanah Bendungan Sadawarna
Desa Sadawarna
2.832.535m2 atau 283,25 hektare
– Tanah Masyarakat 605 bidang
Luas 1.471.052m2 atau 147,10 hektare
– Bersertifikat hak milik 241 bidang
Luas 717.116m2
– Lahan Garapan Masyarakat Tanah Negara 362 bidang
Luas 753.936m2
– Tanah Non Masyarakat 94 bidang
Luas 1.360.483m2 atau 136,04 hektare
– PT Bakti SNP lahan 1 bidang
Luas 637.720m2