BANDUNG – Penundaan lanjutan kompetisi Liga 1 banyak dikeluhkan pemain. Keputusan itu datang H-3 menjelang kick-off, padahal sebelumnya PSSI telah menandatangani nota kesepahaman dengan Satgas Covid-19 dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) soal kelanjutan kompetisi dengan protokol kesehatan.
Para pemain mencurahkan keluh kesah di media sosial. Hal itu dianggap manusiawi, pasalnya tim-tim telah melakukan persiapan matang menyambut kembali Liga 1. Mereka terheran-heran kompetisi yang berlangsung dengan protokol kesehatan (seperti laga tanpa penonton) dilarang, namun Pilkada serentak yang bisa mengundang masa banyak diperbolehkan akhir tahun ini.
Kapten Persib Supardi menanggapi keluh kesah pemain sebagai naluri manusiawi. Sebagian besar pemain masih bergantung penghasilannya kepada profesinya sebagai pesepakbola profesional. Tak ada kompetisi maka terancam terhenti pula pemasukkan mereka.
”Manusiawi bagi mereka. Karena inilah, liga ini adalah tempat cari nafkah para pemain bola, bukan cuma pemain bola saja tapi juga yang mencari nafkah di sini. Karena bagaimana pun berasa efeknya sebagai pemain bola kalau liga dihentikan. Tapi semua itu adalah kembali sama Allah. Ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan kita Insya Allah ada hikmahnya,” kata Supardi dikutif dari laman resmi klub, Jumat (2/10).
Supardi sendiri menilai penundaan ini tidak ideal. Kick-off 1 Oktober waktu yang paling tepat dimana liga berakhir bulan Februari 2021. ”Penundaan kompetisi kita mengikuti yang diatas saja. Walau pun sebenarnya bagi pemain tidak ideal apalagi dengan cukup persiapannya seperti ini,” katanya.
Ia tetap optimis kompetisi Liga 1 akan dilanjutkan. Namun semua pemain berharap ada kejelasan dari pemangku kebijakan tanpa ada lagi harapan-harapan palsu. ”Selalu optimis liga tetap ada dan dilanjutkan walau pun kapan itu enggak tahu,” tegasnya.
Sementara itu, pelatih Persib, Robert Rene Alberts yakin kompetisi akan tetap digelar. Dirinya menilai PSSI akan menggulirkan lagi liga November nanti. Tapi dirinya juga akan legowo jika akhirnya liga harus dihentikan atas keputusan dari pihak federasi.
”Ya tentunya, namun saya bukanlah pengambil keputusan dan itu semuanya di bawah kendali pemerintah. Apapun keputusan yang mereka ambil, suka atau tidak suka, tentu kami harus mematuhi itu dan mengikuti itu,” jelas Robert.