Hasil identifikasi keberadaan strain virus penyebab COVID-19 yang jauh lebih mudah menular tersebut akan disampaikan Menteri Riset dan Teknologi kepada Menteri Kesehatan. Sebab, informasi itu berkaitan dengan upaya pengendalian COVID-19 secara keseluruhan.
Menurutnya, data urutan genom akan sangat berguna terutama untuk melacak transmisi atau penyebaran virus di Indonesia. Selain itu, mengidentifikasi target untuk terapi dan vaksin, serta memprediksi ancaman pandemi berikutnya.
Hal senada disampaikan Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Herawati Supolo Sudoyo. Menurutnya, perubahan atau mutasi pada virus SARS-CoV-2 itu menyebabkan virus menjadi lebih infeksius. Tetapi transisi itu berbeda di setiap wilayah di dunia. Mulai dari Eropa, Amerika Utara, Oceania dan Asia.
World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 menjadi tujuh tipe. Yakni S, V, L, G, GH, GR dan O (lainnya), yang mana GH adalah yang paling agresif.
“Distribusi yang ada di Asia sangat beragam. Termasuk di Indonesia. Ini juga mengundang pertanyaan apa penyebab variasi tersebut apakah ada kemungkinan lingkungan berpengaruh ? Betul-betul banyak yang belum diketahui tentang virus ini. Karena itu, layak diteliti lebih lanjut,” paparnya.(rh/fin)