JAKARTA – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengingatkan ancaman virus dapat menjadi senjata yang bisa menghancurkan negara dan kesejahteraan manusia.
Menurut Prabowo, ancaman terhadap bangsa sudah terlihat dengan adanya pandemi COVID-19. “Virus itu dapat menjadi senjata untuk menghancurkan peradaban manusia. Untuk menghancurkan negara. Virus juga dapat merusak pangan, virus dapat menghancurkan masyarakat atau tentara sebelum satu peluru pun meletus,” tegas Prabowo di Jakarta, Sabtu (29/8).
Dari pengalaman yang dialami dunia sekarang, lanjutnya, pandemi COVID-19 berhasil memperlambat kehidupan peradaban manusia serta mengancam kesejahteraan seluruh bangsa. Termasuk Indonesia.
Untuk menghadapi ancaman virus, mantan Danjen Kopassus itu mengingatkan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan farmasi. “Perang yang akan datang bisa saja menggunakan senjata-senjata baru yang tidak pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya,” tutur Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut.
Prabowo menambahkan penguasaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membantu bangsa mandiri dan tidak tergantung kepada negara-negara lain.
Terkait hal itu, hingga Sabtu (29/8), terdapat kasus positif COVID-19 sebanyak 165.887. Ini setelah ada penambahan 3.003 di 30 provinsi. Sementara pasien yang sembuh sebanyak 120.900 orang dan meninggal 7.169 orang.
Tambahan kasus terbanyak terjadi di DKI Jakarta (861). Kemudian disusun Jawa Timur (641), Jawa Barat (287), Kalimantan Timur (200), dan Jawa Tengah (180) di posisi 5 besar. Sedangkan 4 provinsi yang nihil tambahan kasus Corona hari ini adalah Bangka-Belitung, Jambi, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, total kasus kumulatif hingga 29 Agustus adalah 169.195.
Terpisah, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio menyebut teridentifikasi ada strain virus Corona penyebab COVID-19 yang lebih menular (infectious), D614G, di Indonesia. Ini merupakan hasil mutasi dari varian asli virus sebelumnya.
Strain mutasi virus SARS-CoV-2, D614G, juga sudah dideteksi di sejumlah negara lain. “Yang mungkin menjadi perhatian utama saat ini adalah pertanyaan apakah ada di antara virus-virus berdasarkan pengurutan keseluruhan genom sudah di dilaporkan ke GISAID. Apakah ada yang mengandung mutasi yang menunjukkan virus itu memiliki potensi bisa menular lebih cepat. Yakni yang disebut D614G. Saat ini memang sudah diidentifikasi dan telah dilaporkan,” kata Amin.