CIANJUR – Kepala Seksi Perlengkapan Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) Cianjur, Nurman Maksim Ishak menyebut wilayah Cianjur Selatan menjadi daerah yang paling kekurangan penerangan jalan umum (PJU).
“Kami memang membutuhkan PJU yang banyak. Namun, terkendala anggaran yang terbatas. Maka dari itu, kita sesuaikan skala prioritas, yaitu khusus ruas jalan kabupaten. Bukan jalan desa, provinsi, atau nasional karena itu kewenangannya berbeda,” kata dia kepada Wartawan, kemarin (24/8).
Ia mengatakan, wilayah Cianjur Selatan menjadi daerah yang paling kekurangan PJU. Meskipun demikian, sudah ada beberapa titik yang dipasang PJU walau belum merata.
“Karena ada bantuan dari Kementerian SDM, cuma di ruas jalan tertentu. Bentuknya tenaga surya,” kata dia.
Selain itu, terhitung ada 3.650 PJU yang dikelola oleh Dishub Cianjur. Sebanyak 1.601 merupakan lampu jenis Sodium Tekanan Tinggi (SON). Sementara 1.649 lainnya merupakan lampu jenis LED. Untuk pembayaran listrik pun fluktuatif.
“Pembayaran fluktuatif tergantung meteran yang dikeluarkan langsung sama PLN kalau sampai sekarang kurang lebih di angka Rp250 juta perbulan terkait pembayarannya. Tergantung pemakaiannya. Tergantung charter dari PLN,” jelas dia.
Dirinya menyebut, sistem tagihan listrik untuk PJU sama seperti sistem penagihan listrik PLN pada umumnya. Bahkan, ia mengungkapkan tagihan listrik PJU sempat mencapai angka Rp600 juta perbulan.
“Awalnya tagihan itu bisa sampai Rp600 juta perbulan, tapi karena kita punya program penggantian dari lampu SON ke LED. Alhamdulillah bisa diminimalisir jadi Rp250 juta,” jelas dia.
Terkait jam aktif lampu PJU, ia mengatakan, pihaknya mempunyai komponen bernama LDR yang bisa membuat lampu menyala otomatis sesuai jam dan cuaca.
“Biasanya dari jam 6 (sore) sampe jam 6, tapi disesuaikan dengan cuaca. Kalau mendung itu otomatis menyala, kalau cuaca terang itu mati dengan sendirinya. Ada komponen salah satunya LDR,” pungkasnya.(job3/sri)