CIANJUR – Sepasang mata Ade Barkah Surahman tampak berkaca-kaca saat merangkul Mak Ooy (70). Perempuan renta yang dirangkul Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu adalah istri Abah Hamid (75), pawang hujan legendaris di Cianjur yang telah tiada.
Abah Hamid meninggal dunia Jumat, 21 Agustus 2020 karena sakit. Menurut Mak Ooy, suaminya sakit setelah pulang kerja sebagai pawang hujan sebuah hajatan pernikahan.
“Abah sakit tidak lama, cuma sehari. Hanya ditinggal sebentar sama Emak ke pengajian, pas pulang sudah tiada (meninggal dunia),” ujar Mak Ooy saat disambangi di rumahnya, kemarin (24/8).
Mak Ooy mengatakan, meskipun sudah uzur, suaminya tetap bekerja seperti biasa sebagai pawang hujan kalau ada order, terutama panitia hajatan.
“Kadang sakit, tapi tidak lama, mungkin karena sudah tua. Tapi masih tetap suka bekerja kalau ada yang minta untuk jadi pawang hujan,” tutur Mak Ooy.
Ade Barkah mengaku sengaja melayat ke rumah Abah Hamid karena sudah kenal lama. Menurut Ade Barkah, sejak muda dia kenal Abah Hamid sebagai pawang hujan.
“Ketika saya masih muda jadi pemborong sering menggunakan jasa Abah Hamid, apalagi kalau sedang ada borongan membangun jalan di Cianjur selatan,” ujar Ade Barkah.
Ade Barkah mengaku mendapat kabar Abah Hamid meninggal dunia saat berada di Kabupaten Kuningan. Dia pun baru bisa melayat sekaligus menyambangi keluarga almarhum hari ini (kemarin-red).
“Saya sudah merasa seperti kepada orangtua sendiri. Saya kenal Si Abah sejak saya muda sampai sekarang. Saya merasa sangat kehilangan,” kata Wakil Ketua DPRD Jawa Barat ini.
Namun, lelaki yang akrab disapa Kang AB ini menyayangkan kepiawaian Abah Hamid sebagai pawang hujan tidak ada yang melanjutkan oleh anak-anaknya. Padahal, setiap kegiatan, khususnya Partai Golkar di Kabupaten Cianjur, sering melibatkan Abah Hamid sebagai pawang hujan.
“Ilmu Bapak tidak diturunkan sama kami, anak-anaknya, karena syaratnya berat,” ujar Alo Solehudin (48), anak sulung Abah Hamid.(yis/sri)