Mantan KPM yang kerap dipanggil Catur ini, lebih dulu merintis usaha toko kelontong yang dikelola ia dan suaminya secara mandiri.
”(Usaha) warung itu sudah lama, sejak menikah tahun 2005, saya sudah merintis warung kecil,” terangnya.
Tapi, lanjutnya, rumah sendiri justru belum ada.
”Jadi, kami cuma tinggal di warung itu ukuran 2,6×6 buat tidur, buat jualan selama lima tahun di situ,” ungkap Catur mengenang kembali memori masa lalunya.
Terdaftar sebagai penerima PKH pada 2016, tak lantas membuat Catur berpangku tangan. Dia justru semakin gigih mengembangkan toko kelontongnya.
”Alhamdulillah, perlahan-lahan dijalani, ditekuni, seiring berjalannya waktu, omset perputaran warung saya sekarang setidaknya 2,5 juta/hari,” jelas dia.
Melalui PKH, serta dibarengi ketekunan dan kemampuan pengelolaan uang yang baik, toko kelontongnya terus berkembang. Kini, omsetnya mampu mencapai hingga 75 juta/bulan dan memutuskan graduasi mandiri pada akhir tahun 2019.
Ketika ditanya adakah rasa penyesalan pasca keluar dari kepesertaan PKH, ia berkilah.
”Insya Allah, saya tidak menyesal sama sekali,” tandasnya. (rls/ziz)