BANDUNG – Sebanyak 1.300 sekolah SMA/SMK baik negeri dan swasta di Jawa Barat saat ini berstatus blankspot. Mayoritas dari sekolah tersebut tinggal di perkampungan atau desa sekitar hutan.
Namun Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap diberlakukan secara daring dan tetap menimbulkan persoalan baru yakni mengenai pembelian kuota internet murah atau gratis.
“Kuota internet di beberapa lokasi itu sudah kita lakukan (saran) untuk menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) di daerah sesuai dengan juknis Permendikbud, asal penggunaannya tidak tumpang tindih,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, Selasa (18/8).
Dedi meminta pihak sekolah harus memahami langkah teknis pemberian kuota tersebut. Yang terpenting kata Dedi, tidak sampai terjadi tumpang tindih atau double kuota.
“Maksud dari teknis itu maksudnya bukan sekolah memberikan nomor kuota ke siswa, terus si siswa bawa pulang bukan begitu maksudnya, tapi kuota ini dikerjasamakan dengan provider silahkan bagaimana sekolah kerjasama dengan provider ini, menyewakan sekian giga atau internet, nanti besaran giga ini lah yang dibagikan ke siswa dengan jam yang telah ditentukan,” urainya.
Lebih lanjut, Dedi mengharapkan setiap sekolah dan guru memahami keadaan sekolah masing – masing, supaya tidak ada kesalahan praktik penggunaan kuota internet yang dimaksud.
“Kuota internet tadi tetap dibagikan kepada 5 orang siswa yang berada di blank spot, dari 5 siswa ini, salahsatunya memiliki sarana memadai, mereka (siswa) bisa bekerjasama dengan menggunakan sarana dari seorang siswa yang ada,” tutur Dedi.
Sarana yang dimaksud berupa monitor atau televisi, dengan begitu, lanjut Dedi dari setiap 5 siswa ini tetap membagikan jatah kuota internetnya untuk keperluan belajat begitu juga seterus, sehingga setiap siswa bergantian memberikan kuota internetnya.
“Misalkan tadi ada salah seorang siswa punya monitor katakan, siswa yang lain ikut belajar bersama, nah untuk besoknya pakai kuota internet temannya yang satu lagi, begitu seterusnya, jadi saat ini konsep di pelosok sudah seperti itu,” ungkapnya.
Dia memastikan untuk sementara waktu apa yang telah dilaksanakan di masing – masing sekolah harus didukung, demi pembelajaran anak, namun tetap saja jam belajar belum dapat dikembalikan ke jam normal karena keterbatasan kuota intenet. (mg2/tur)