SUKABUMI – Guspiyandi bin Apar Suparman dan Dadan bin Dusun, warga Kampung Sindanglaut RT 02/28, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, meminta bantuan Presiden Joko Widodo. Mereka memohon dipulangkan karena statusnya sebagai ABK Fu Yuan Yu 053, kapal penangkap ikan asal Tiongkok, tidak jelas bahkan telantar.
Guspiyandi mengatakan, Ia meminta bantuan orang nomor satu di Indonesia ini karena sudah bingung memikirkan nasibnya. Mereka telantar setelah kontraknya sebagai ABK Fu Yuan Yu selesai pada 6 November 2019 lalu.
“Nasib kami di sini telantar sekjak selesai kontrak. Pihak perusahaan tidak bertanggung jawab setelah PT Kobaraprastama Asa Bersama yang memberangkatkan kami telah bubar,” kata Guspiyandi dihubungi Sukabumi Ekspres melalui aplikasi perpesanan WhatsApp, kemarin (17/8).
Guspiyandi menjelaskan, nasib malangnya itu dilalui bersama Dadan yang juga merupakan warga Palabuhanratu dan satu orang rekannya warga Depok, Naufal Hibatulah Ramadan Bin Aris Munandar. Nasib mereka semakin tidak jelas setelah dititipkan di kapal Ocean Star 86 oleh kapten Kapal Fu Yuan Yu 053.
“Kami dititipkan di Kapal Ocean Star 86 karena pada saat jatuh kontrak dengan kapal Fu Yuan Yu 053 kita masih di tengah laut. Adapun hubungannya dengan Ocean Star 86 karena rencananya akan sandar di pelabuhan Singapura dan kita diperbolehkan pulang setelah sampai Singapura. Tapi kenyataannya lain,” jelasnya.
Namun setelah sampai pelabuhan Singapura, lanjut Guspiyandi, ia dan dua rekannya tidak diperbolehkan turun dari kapal. Sebab, saat itu pemerintah Singapura tidak menerima adanya warga asing singgah karena sedang berlangsung wabah vovid-19.
“Karena tidak boleh singgah, akhirnya kami ikut kembali kapal Ocean Star 86 menuju Tiongkok. Kami sempat dijanjikan diperbolehkan pulang oleh kapten kapal setelah sampai Tiongkok. Tapi setelah sampai Pelabuhan Tiongkok kami malah ditelantarkan dengan alasan perusahaan tidak mempunyai dana untuk memulangkan kami,” ujarnya.
Kini mereka terlunta-lunta di kapal Ocean Star 86. Kondisi tersebut sudah berlangsung hampir satu tahun. Selama itu mereka bertahan hidup sebagai pekerja lepas tanpa bayaran dan hanya diberi imbalan berupa makanan alakadarnya.