Meski kondisi tidak memungkinkan, Warga Desa Cilame Menyadari bahwa anak-anaknya harus tetap sekolah. Meski sang Guru sedang hamil tua, para siswa tetap semangat belajar. Mereka mendatangi rumah gurunya untuk mendengarkan pelajaran.
Yully Yulianti, Kabupaten Bandung
SOREANG – Pagi itu tidak seperti biasanya, Rumah Ai Aminah ramai suara anak-anak. Dengan semangat, mereka datang berkelompok untuk belajar di kediaman gurunya.
Ai Aminah adalah seorang Guru Honor di SDN Karyabakti. Tepatnya di Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
Dimasa Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) dia terpaksa tetap memberikan pelajaran, demi anak didiknya agar tetap menerima ilmu.
Sistem pembelajaran daring di Desa Cilame tidak semudah dibicarakan. Berdasarkan penuturan orang tua murid, mereka keberatan jika belajar secara online.
Selain kondisi ekonomi warga desa yang rata-rata petani, sinyal internet di desa Cilame sangat sulit untuk didapatkan.
Melihat kondisi ini, tidak lantas membuat Ai aminah menyerah. Meski kondisinya sedang mengandung sembilan bulan. Ia dengan ikhlas dan sabar tetap memberikan ilmu kepada anak didiknya.
’’Iya, saya sih inginya dating, ke rumah anak-anak tapi saya kondisinya lagi hamil, sangat riskan untuk dating ke rumah para orang tua anak-anak satu persatu,’’jelas Ai ketika ditemui Jabar Eskpres, (9/8).
Untuk itu, para orang tua sepakat, agar anaknya tetap mendapatkan pendidikan para siswa belajar di teras rumah ai Aminah yang sederhana itu.
Dalam satu hari biasanya diikuti oleh dua kelompok siswa. Satu kelompok hanya 5 orang saja. Anak-anak ini rata-rata dating sendiri. Ada juga yang diantar orang tuanya.
Kondisi medan jalan yang naik turun bukit, tidak mematahkan semangat anak-anak untuk memperoleh ilmu yang disampaikan oleh Ai Aminah.
’’ Mereka biasanya menempuh jarak 1 sampai 1,5 kilometer dengan berjalan kaki selama 45 menit, tetapi anak-anak tetap semangat dan tidak ada yang mengeluh,’’ucapnya.
Ai aminah menuturkan, ketiak pembelajaran menggunakan sistem daring tidak semua siswa dapat mengikuti dengan baik. sinyal yang sulit diakses. Ditambah tidak semua murid memiliki handphone dan kuota mejadi beban tersendiri para siswa dan orangtu.