NGAMPRAH – Fenomena kemunculan komet NEOWISE atau (Near Earth Object Wide-Infrared Survey Explorer) bakal melintasi langit Indonesia.
Indonesia termasuk di Bandung Raya, komet tersebut sudah bisa dilihat mulai hari Minggu (19/7). Waktu terbaik untuk menyaksikan komet Neowise di langit Indonesia yakni setelah matahari terbenam.
”Sudah bisa dilihat dari tanggal 19 Juli kemarin untuk di wilayah Indonesia, termasuk di Bandung Raya. Posisinya di sebelah barat setelah matahari terbenam,” kata staf Observatorium Bosscha Yatni Yulianti, Senin (20/7).
Yatni menambahkan penampakan komet Neowise di langit Indonesia akan terlihat sangat jelas dan mencapai puncaknya pada 23 Juli 2020 mendatang. ”Sebetulnya puncaknya itu nanti tanggal 23 Juli. Lalu di tanggal 26 Juli komet Neowise akan mulai sulit terlihat,” jelasnya.
Yatni menyebutkan pihaknya saat ini sudah melakukan pengamatan hingga nanti titik puncak komet terlalui. Namun pihaknya tidak membuka pengamatan langsung untuk masyarakat umum.
”Kami akan mencoba mengamati komet sampai puncaknya terlewati. Tapi tidak membuka pengamatan untuk masyarakat umum. Jadi masyarakat bisa melihat layanan streaming kami atau bisa melihat secara langsung dengan alat bantu,” tuturnya.
Untuk saat ini cuaca di wilayah Indonesia sering berubah-ubah. Jadi hal itu akan menjadi kendala bagi masyarakat yang ingin menyaksikan langsung dengan mata telanjang. ”Tapi perlu memperhatikan kondisi cuaca juga. Kalau cuacanya mendung dan mengarah ke hujan, sangat sulit melihat kometnya melintas,” akunya.
Kemunculan Komet Neowise yang hanya terjadi 6800 tahun sekali itu memiliki keunikan saat melintasi langit di wilayah Indonesia. Salah satu keunikannya yakni komet Neowise ini memiliki ekor yang cukup panjang saat melintasi langit.
”Kometnya memilki ekor yang panjang saat diamati dengan mata telanjang pada saat komet Neowise mendekat matahari,” kata Yatni.
Dia menjelaskan, selain memiliki ekor yang cukup panjang, komet Neowise ini terlihat sangat terang saat disaksikan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Jika ingin menyaksikan langsung, kondisi langit diperlukan saat cuaca cerah dan kurangnya polusi cahaya.
”Di seluruh Indonesia bisa diamati. Kebetulan karena posisi komet ini cukup rendah dari ufuk barat saat matahari terbenam, tentu diperlukan kondisi langit yang baik dan biasanya memang polusi cahaya akan paling terasa di daerah ufuk. Jadi betul, polusi cahaya dapat ikut berpengaruh terhadap kenampakan komet,” pungkasnya. (mg6/rus)