Risma Andani

Itulah lokasi yang akan dijadikan laboratorium baru untuk Covid-19 Surabaya.

Yang mengantar ke lokasi itu adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya sendiri, dr. Febria Rachmanita.

Di Surabaya Febria memang dikenal sangat dekat dengan Bu Risma. Dialah yang pagi itu menemani Bu Risma dalam pertemuan dengan Andani.

Pagi itu juga, banyak sekali yang langsung dilakukan Febria. Dia sama cekatannyi dengan Bu Risma. Dia pimpin sendiri percepatan penyelesaian laboratorium “baru” itu. Yang manajemennya akan didukung penuh Andani dan BNPB.

Dokter Andani menilai bangunan untuk lab itu sudah cukup bagus. BNPB, katanya, pasti siap membantu alat apa saja. Termasuk mesin PCR. Pun akan membantu pengadaan reagan yang kini harganya kian mahal.

Selesai pertemuan dengan Bu Risma itu, Andini juga langsung berkomunikasi dengan Letjen Doni Monardo. Dari hasil komunikasi itulah ia bisa menjamin: bantuan peralatan dari pusat itu akan segera tiba di lab milik kota Surabaya.

Saya ikut terharu ketika dokter Andani menceritakan perasaan Bu Risma. ”Beliau itu ibaratnya ingin sekali mengatasi Covid-19 di Surabaya. Surabaya itu punya segala-galanya. Tapi tidak punya laboratorium yang memadai,” ujar Andani.

Yang membuat Andani juga lega adalah ini: adanya kesepahaman bahwa angka positif nanti akan naik drastis. Dan itu tidak apa-apa. Tidak akan merasa malu. ”Sikap seperti ini penting sekali untuk mengatasi penularan Covid-19,” ujar Andani.

Maka Bu Risma pun membuat putusan cepat. Agar sebanyak mungkin tes PCR dilakukan di Surabaya. Bisa dimulai seminggu lagi. Kapasitas lab akan dinaikkan drastis secara bertahap. ”Akhirnya akan bisa mencapai 4.000 – 5.000,” sehari.

Maka jangan kaget kalau angka-angka baru penderita Covid-19 akan melonjak di Surabaya. Tapi itulah kenyataan yang riil. Yang tidak perlu disembunyi-sembunyikan.

Dengan memperbanyak tes seperti itu –meski pun pahit– rantai penularan bisa diputus.

Ketika angka positif di Surabaya nanti melonjak, daerah lain jangan sampai mencemooh dulu. Bisa jadi daerah lain itu lebih parah –hanya saja masih tersembunyi.

Memang memperbanyak pemeriksaan itu tidak bisa jalan sendiri. Harus diikuti dengan sistem monitoring yang ketat. Monitoring secara manual tidak mungkin lagi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan