SOREANG – Sebagai langkah awal penerapan Sistem Look, Book, Pay, and Enjoy (LBPE), yang dinilai lebih aman ketika mendatangi objek wisata. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) sosialisasikan aplikasi Bandung Enjoy, Destination and Nature (EDAN).
Kepala Disparbud Yosep Nugraha mengatakan, setelah dibuka kembali jelang masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau normal baru, sektor pariwisata harus harus kembali bangkit dan mengejar ketertinggalan dari keterpurukan. ” Kami sudah memiliki aplikasi khusus. Sehingga, tidak bisa kalau hanya dengan upaya yang biasa-biasa saja, harus extraordinary,” kata Yosef saat ditemui di Soreang, Jumat (3/7).
[ihc-hide-content ihc_mb_type=”show” ihc_mb_who=”3,4″ ihc_mb_template=”1″ ]
Menurut Yosep, nama EDAN memiliki filosofi urang Sunda yang berarti “luar biasa”. Kemudian pembangunan kepariwisataan di masa pandemi covid-19 lanjutnya, harus dilakukan dengan sangat kreatif. Namun tetap disipilin dalam penerapan protokol kesehatan.
”Pemikiran ekonomi yang anti mainstream kadang bisa berhasil, untuk memicu hal yang biasanya dianggap negatif, seperti kata “edan” menjadi hal berkonotasi positif, contohnya ‘permainan bolana si eta edan pisan (permainan bolanya bagus sekali),” jelasnya.
Yosep menjelaskan, sesuai visi pembangunan pariwisata Kabupaten Bandung sebagai destinasi unggulan berbasis alam dan kebudayaan local. Oleh karena itu, menumbuhkan rasa bahagia dengan memori yang menyenangkan harus dilakukan.
”Mereka yang berwisata di Kabupaten Bandung harus ‘enjoyfull’, menikmati destinasi, makanan, tempat menginap, panorama alam yang indah, serta pelayanan yang memuaskan, sehingga mereka akan kembali lagi untuk berwisata,” tuturnya..
Karena kebangkitan ekonomi dari sektor pariwisata ini ‘multiplier effect’, jelas Yosep, aplikasi EDAN tersebut bisa memicu sektor lain tetap bergerak dinamis. Dia menjelaskan, ketika orang datang berkunjung maka otomatis dia akan bermalam, kemudian melakukan perjalanan, mencoba kuliner khas yang nikmat, lalu wisatawan akan berswa foto.
”Kemudian mereka butuh kenangan berupa buah tangan dalam berbagai bentuk, bisa hasil kerajinan, makanan, atau hasil buatan lokal lainnya. Hal ini tentu saja akan berdampak positif pada industri pangan, perhotelan, industri jasa transportasi, dan sektor usaha lainnya, sehingga perekonomian masyarakat juga terdongkrak,” akunya.