Langkah Menggapai Kesempurnaan Ibadah Saum

Ucapan itu dimaksudkan agar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang mengumpatnya. Disamping, juga mengingatkan agar ia menolak melakukan penghinaan dan caci-maki.

  1. Ketika selesai saum di bulan Ramadan, maka hendaknya menjadi orang yang bertakwa kepada Allah, takut dan bersyukur kepada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agama-Nya. Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi anda sepanjang tahun. Firman Allah swt yang artinya:

“Wahai orang yang beriman! Telah datang perintah saum, sebagaimana telah datang kepada orang-orang sebelum kamu. Agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah: 183).

  1. Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal bagimu. Hal itu agar tujuan saum tercapai, dan mematahkan nafsu dari keinginan.
  2. Hendaknya makanlah dari makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari yang haram pada selain bulan Ramadan maka pada bulan Ramadan lebih utama, termasuk menjga diri dari yang syubhat. Sesungguhnya tidak ada gunanya jika kita saum dari yang halal, tetapi kamu berbuka dengan yang haram.
  3. Menghidupkan malam Ramadan dan shalat Tarawih “Barangsiapa yang menunaikan qiyamu Ramadan karena keimanan dan mengharap ridha Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  4. Menyibukkan diri pada hari-hari Ramadan dengan berdzikir, ketaatan, dan kedermawanan.

“Apabila bulan Ramadan datang maka dibukalah pintu-pintu Surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhariy dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah r.a.).

  1. Berdo’a sepanjang hari, khususnya ketika hendak berbuka “Ada tiga golongan yang do’anya (permohonannya) tidak akan ditolak, yaitu: Imam (pemimpin) yang adil, orang yang saum ketika berbuka, dan du’a orang yang didhalimi.” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
  2. Bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir “Apabila beliau memasuki sepuluh terakhir, beliau menguatkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR. al-Buhkariy, Muslim, Abu Daud, alNasa’I, dan Ibnu Majah).

“Sesungguhnya Nabi SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan hingga beliau wafat. Kemudian setelah itu, para istri beliau beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Tinggalkan Balasan