Kritisi Kebijakan PSSI Potong 75 Persen Gaji Pemain

BANDUNG-Badan sepak­bola tertinggi Indonesia PSSI mendapat sorotan dari FIFPro dan Komisi X DPR RI. Hal tersebut imbas dari kebijakan sepihak PSSI tentang gaji pemain Liga 1 dan Liga 2.

Sebelumnya PSSI mem­buat kebijakan memper­bolehkan klub-klub cuma membayar maksimal 25 persen gaji lantaran hiatus kompetisi akibat pandemi Covid-19.

Kebijakan tersebut di­niali APPI (Asosiasi Pese­pakbola Profesional Indo­nesia) menyalahi aturan karena tidak melibatkan perwakilan pemain.

“Nanti akan kami undang untuk membicarakannya bersama. Saya rasa pemain pun menyadari kesulitan klub saat ini,” kata Wakil Ketua Umum PSSI, Cucu Sumantri, dilansir dari re­publikbobotoh.com.

Hal tersebut juga diko­mentari FIFPro (Asosiasi Pesepakbola Profesiona Dunia) setelah mendapat kabar dari APPI.

Direktur Legal FIFPro, Roy Vermeer, bahkan kaget ketika mendengar kepu­tusan PSSI yang memper­bolehkan setiap klub me­mangkas 75% gaji pemain.

“Pemangku kepentingan yang paling terpengaruh dengan keputusan PSSI ini tidak diikutsertakan dalam diskusi. Ini tidak sejalan dengan praktik di tingkat internasional, di mana FIFPro selalu berdialog dengan FIFA dan AFC. Oleh karena itu kami tidak dapat menerima langkah ini,” tulis rilis FIFPro.

Senada dengan APPI dan FIFPro, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda juga menge­mukakan hal serupa dalam rapat dengar pendapat umum pada Rabu (8/4/20) yang diikuti beberapa per­wakilan federasi.

“Kami ingin kebijakan me­nyangkut soal nasib pemain dimusyawarahkan oleh PSSI secara tripartit dengan klub dan pemain,” ujar Syaiful.

“Faktanya ada klub yang hanya membayar 10 persen gaji. Saya kasihan karena pemain sepak bola kita dan keluarganya bisa kesulitan,” sambung dia.

Hingga kini belum jelas kapan PSSI akan melaku­kan diskusi dengan para pemain. Namun, Syaiful memberi usul agar dis­kusi setidaknya bisa dige­lar sebelum 24 April men­datang. (bbs/tur)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan