KBB – Peneliti kegempaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuraini Rahma Hanifa mengatakan, keberadaan Sesar Lembang harus menjadi perhatian semua pihak. Sebab, Sesar Lembang ini suatu saat bisa saja aktif dari tidurnya.
Dia sangat menyangkan,masyarakat banyak yang mendirikan fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, rumah sakit, dan klinik, bangunan komersial, perumahan di atas Sesar Lembang.
’’Itu sebetulnya sangat berbahaya, dan sangat rawan terjadi pergerakan tanah meski dalam skala kecil,’’kata Nuraini kepada wartawan, Kamis, (5 /3).
Masyarakat juga belum memiliki bekal terkait mitigasi kebencanaan sehingga suatu saat bisa menimbulkan kepanikan. Terlebih, anak-anak sekolah. Sebab keselamatan anak dan kemampuan anak berbeda dengan orang dewasa.
’’Soalnya bangunan sekolah di Indonesia pintunya hanya satu, bayangkan jika harus mengevakuasi murid dengan satu pintu, itukan sangat sulit,” ungkap Nuraini.
Pihaknya mengimbau sebisa mungkin jangan ada fasilitas umum yang dibangun di zona patahan. Sama halnya dengan tempat wisata, kalau ternyata akan dibangun hotel di atasnya, sebaiknya rencana itu dibatalkan.
“Kalau yang dibangunnya itu hotel, lebih baik jangan. Tapi kalau yang dibuat taman, silahkan saja, toh kalau bergerak tidak akan ada yang roboh. Jadi yang perlu dipikirkan kalau berada di atas sesar, sebisa mungkin jangan sampai ada bangunan, kalau tempat wisata silakan, apalagi berupa taman karena memang bagusnya dibuat jalur hijau,” terangnya.
Menurut dia, masyarakat yang tinggal di sekitar zona patahan juga sebaiknya mendirikan bangunan dengan struktur tahan gempa sesuai standar nasional Indonesia (SNI).
“Tidak apa-apa membangun di dekat sesar, asal dibangun dengan standar tahan gempa,” katanya.
Sementara terkait pembangunan wisata di garis Sesar Lembang, pihaknya mengungkapkan hal tersebut sah-sah saja selama unsur mitigasi diperhatikan.
“Yang berbahaya mendirikan bangunan persis di atas sesar. Kalau misalnya membangun kolam renang di atas sesar lalu terus bergerak karena gempa, terhitung aman karena otomatis airnya melebar kemana-mana,” jelasnya.
Hingga saat ini, para peneliti belum bisa memastikan kapan gempa tersebut akan terjadi. Karena belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa. (mg6/yan)