BANDUNG-Aksi boikot mewarnai launching tim Persib 2020 di Harris Hotel, Kota Bandung, Selasa (25/2). Para jurnalis yang tergabung dalam Forum Wartawan Persib menggelar aksi boikot tepat di depan meja registrasi.
Sebelum acara digelar, puluhan wartawan kompak mengembalikan kartu peliput media ke meja registrasi.
Hal tersebut tentu bukan tanpa alasan. Menurut salah seorang perwakilan FWP, Endra Kusuma, mengatakan aksi boikot ini merupakan akumulasi bentuk kekecewaan para jurnalis kepada pihak PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) yang membatasi kerja media.
“Dari aksi ini kita sudah lakukan dari Forum Wartawan Persib sebagai bentuk kekecewaan terhadap tingkah laku, kebebasan pers yang dihalangi PT PBB sendiri,” kata Endra, dilansir dari republikbobotoh.com.
“Ini sebenarnya awalnya karena ada pembatasan dari PT PBB yang tidak memberikan keleluasaan terhadap kita untuk berkreasi,” lanjutnya.
Endra menyayangkan dengan sikap PT PBB yang tak teguh pendirian. Apalagi peraturan bisa berubah beberapa jam sebelum launching dimulai dan cenderung tebang pilih.
“Sebelumnya ada pelarangan. Jadi ada undangan email pada rekan-rekan jurnalis. Dalam email tersebut tidak tercantum bisa diliput atau tidak. Namun setelah tadi malam ada pemberitahuan bahwa jurnalis televisi tidak boleh melakukan liputan tanpa alasan yang jelas, jadi kita yang di TV bingung,” imbuhnya.
Banyaknya batasan untuk meliput Persib juga menurut Endra dimulai saat era Mario Gomez pada musim 2018. Saat itu salah seorang media official meminta kepada wartawan untuk melakukan sesi peliputan hingga 15 menit awal latihan.
Lucunya saat disinggung soal hal tersebut kepada Gomez, ia justru mengerutkan dahi. Bahkan ia mempersilahkan kepada wartawan untuk mewawancarai pemainnya saat latihan selesai.
“Kita sempat beberapa kali dilarang, di luar ini ada pembatasan. Seperti saat latihan, 15 menit sebelum dan sesudah. Itu juga cukup rancu, kalau hanya 15 menit kita hanya bisa ambil gambar cuma pemain sedang menalikan sepatu. Setelah latihan juga tidak bisa, ini kan jadi tidak jelas,”
“Sementara kita setiap hari kita hanya diberikan narasumber pelatih dan satu pemain. Kalau pemainnya enjoy ya enak, kalau tidak susah juga,” jelasnya.