JAKARTA– Zulkifli Hasan diprediksi bakal kembali terpilih menjadi ketua umum Partai Amanat Nasional lewat Kongres PAN yang dijadwalkan 10-12 Februari 2020.
Demikian Pengamat politik Universitas Indonesia Ade Reza Hariyadi.
“Yang jelas, petahana pasti punya keuntungan-keuntungan politik dibanding kandidat yang lain,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (2/2) malam.
Setidaknya ada tiga keuntungan Zulkifli sebagai petahana. Pertama, petahana memiliki kekuasaan administratif, sekaligus organisatoris yang memungkinkan untuk memobilisasi dukungan politik secara lebih efektif.
Kedua, kata dia, petahana lebih diuntungkan dengan rentang pengalaman sehingga memiliki pemahaman yang utuh mengenai peta politik di partai yang dipimpinnya.
Dengan keuntungan-keuntungan yang dimilikinya itu, lanjut dia, tentu menjadi modal secara internal yang cukup kuat untuk memperbesar peluang kembali memenangkan jabatan ketua umum.
Ketiga, infrastruktur-infrastruktur penyelenggaraan kongres kan masih dikendalikan Zulkifli Hasan sebagai incumbent.
Selain Zulkifli Hasan, ada dua kandidat lain yang dipastikan maju sebagai calon Ketua Umum PAN periode 2020-2025, yakni Asman Abnur dan Mulfachri Harahap.
Menilik kandidat lain, ia menyebutkan Asman Abnur bukan orang baru di parpol tersebut, apalagi pernah menjabat sebagai menteri, yakni Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Tentunya, kata dia, Asman juga memiliki sumber daya politik yang memadai sebagai modalnya untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PAN.
“Kemudian, calon lain, yakni Mulfachri Harahap rumornya didukung oleh Amien Rais. Ya, bagaimana pun juga, Amien Rais adalah figur sentral di PAN,” ujar Reza.
Apalagi, kata dia, Mulfachri akan maju berduet dengan anak Amien Rais, Hanafi Rais sebagai sekretaris jenderal sehingga semakin memperbesar peluang politiknya untuk menang.
Namun, katanya, dalam perpolitikan di Indonesia ada variabel-variabel yang bersifat “injury time” yang terkadang cukup menentukan dan tidak bisa diprediksi.
“Ya, Zulkifli sebagai incumbent punya kans lebih besar, tetapi perlu diingat dalam politik kepartaian di Indonesia kadang-kadang variabel ‘injury time’ cukup menentukan,” katanya. (jpnn/drx)