KAB. BANDUNG – Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum mendampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Edhy Prabowo dalam kunjungan ke tempat budidaya ikan air tawar di Kampung Parung Serab, Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis (2/1/20).
Lewat agenda ini, Edhy Prabowo mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya menjalin komunikasi dengan pembudidaya ikan air tawar karena komunikasi dianggap menjadi akar permasalahan dalam upaya peningkatan sektor budidaya ikan.
“Saya ditugaskan Pak Presiden (untuk) membangun komunikasi dengan nelayan atau peternak ikan air tawar. Karena selama ini komunikasi dianggap tidak kondusif, banyak yang protes tapi dibiarkan, maka (saya) diminta untuk menuntaskannya,” ujar Edhy.
Selanjutnya, pihaknya juga akan membangun sentra perikanan budidaya di Jabar, provinsi yang memiliki garis pantai luas.
Khusus untuk Kabupaten Bandung, Edhy mengatakan bahwa wilayah berpenduduk 3 juta jiwa lebih ini punya potensi perikanan budidaya yang besar untuk ditingkatkan.
“Kabupaten Bandung walaupun tidak punya laut, dia punya lahan perairan umum yang luas yaitu 1.230 hektar. Maka kunjungan ini diharapkan sentra budidaya ikan menjadi pionir yang akan terus kita kembangkan,” ujar Edhy.
Dalam kunjungan tersebut, Edhy juga berdialog dengan para pelaku usaha sektor perikanan budidaya di Kabupaten Bandung. Edhy yakin, para pembudidaya ikan menginginkan usahanya meningkat namun kesulitan dalam mengembangkannya.
Untuk itu, Edhy menjamin bahwa KKP siap membantu kebutuhan budidaya, termasuk modal. “Saya yakin para pelaku usaha sektor perikanan budidaya punya keinginan besar tapi bingung bagaimana memulai maka kami siap memberikan bantuan apa pun dari sektor perikanan budidaya,” ujarnya.
Pun menurut Edhy, kendala lain yang sering ditemui pemdudidaya ikan adalah mahalnya ongkos pakan yang bisa mencapai lebih dari 70 persen dari total biaya. Untuk itu, KKP bakal menggunakan solusi pakan alternatif yang ditemukan oleh mahasiswa ITB.
“Kendala dari pembudidaya adalah pakan yang mahal bisa mencapai 70 persen, ongkos habis di pakan. Maka kita harus berani mengambil langkah tadi ada solusi yaitu alternatif pakan yang ditemukan oleh mahasiswa ITB, nah kita akan coba,” ucap Edhy.