CIMAHI – Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Cimahi didorong untuk terus memperbaiki kualitas agar prodaknya bisa diakomodir ritel-ritel di Kota Cimahi. Salah satunya memiliki Perizinan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Hal itu terungkap dalam Pelatihan Manajemen Ritel dan Sosialisasi Standarisasi produk lokal, yang diselenggarakan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk pengelola ritel Alfamart. Kegiatan tersebut berlangsung di gedung Cimahi Technopark Jalan Baros, Selasa (26/11). Pelatihan tersebut diikuti 90 pelaku UMKM di Kota Cimahi.
Branch Manager Alfamart, Daru Hardjanto mengungkapkan bahwa peritel seperti Alfamart sebenarnya terbuka bagi produk-produk lokal, untuk bisa dipasarkan lewat jaringan toko-tokonya. Asalkan produk tersebut memenuhi berbagai persyaratan.
”Seperti harus memiliki Perizinan Industri Rumah Tangga (PIRT), kemasan yang tidak bocor dan menarik, sertifikat halal, hingga unsur keberlanjutan produksi yang memadai,” jelasnya.
Menurut Daru, unsur keberlanjutan produksi merupakan hal yang patut diperhatikan, karena hal tersebut berpengaruh dalam memastikan produk yang dipasarkan, tetap tidak mengalami penurunan secara kualitas mutu maupun produksi.
”Jadi harus dijaga konsistensi produknya, baik dari kuantitas maupun kualitas,” ucapnya.
Lewat pelatihan dan sosialisasi ini, lanjut Danu, pihaknya ingi pengetahuan seputar produk yang memenuhi standar edar di pasar ritel, unik, dan menarik minat pembeli.
”Kegiatan sosialisasi standarisasi produk kali ini merupakan upaya kami berbagi pengetahuan dengan pelaku UKM, agar produknya dapat memenuhi standar baik dari sisi pemerintah maupun industri ritel,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian (Disdagkoprin) Kota Cimahi, Teti Megawati mengapresiasi kegiatan tersebut, karena dapat mendukung pengusaha lokal untuk maju dan berkembang.
”Kami menyambut baik inisiatif Alfamart untuk turut mengembangkan potensi pengusaha daerah, khususnya di Kota Cimahi,” ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa potensi produk lokal belum tergali dengan maksimal dan masih dianggap sebelah mata.
”Saya yakin, potensi produk-produk binaan kita ini bisa lebih diterima masyarakat umum, sehingga nilai perekonomiannya seharusnya bisa lebih menghasilkan lagi,” tambah Teti. (mg3/ziz)