Sang bapak –salah seorang pelaku produksi perfilman– terus ingin memperbaiki hubungan dengan putrinya itu. Tapi sang putri terus menghindar. Dia melihat indikasi negatif: sang ayah hanya ingin memanfaatkan posisinyi.
Begitu gigih sang ayah berusaha mendekat sang putri. Tidak berhasil.
Suatu saat Meghan sampai kirim surat sendiri ke ayahnyi. Dia tulis sendiri dengan tangannyi. Isinya Anda bisa menerka sendiri.
Sebagian surat itulah yang bocor ke tabloid Inggris. Yang tidak habis-habisnya digoreng. Digunting. Ditambal. Dijahit. Dibordir. Jadi berita gosip yang tidak habis-habisnya.
Sang ayah membantah sebagai yang membocorkannya. Tabloid itu hanya mengambil bagian-bagian kalimat yang menguntungkannya. Yang seolah hubungan dengan Meghan sudah baikan.
Sang ayah juga membantah isu lain: ia mendapatkan uang dari menjual bagian-bagian surat Meghan itu.
Tapi siapa yang percaya.
Pangeran Harry begitu iba melihat istrinya jadi bulan-bulanan media.
Sang istri terlihat sangat tertekan. Sejak masih hamil. Sepanjang hamil. Sampai punya anak laki-laki: Archie Mountbatten-Windsor.
Meghan terus tertekan sampai kini. Sampai Archi tumbuh sebagai anak kerajaan sekarang ini.
Pangeran Harry tidak mau anaknya itu mengalami apa yang dia alami. Ketika ia masih kanak-kanak. Ketika ibunya depresi oleh pemberitaan media kuning.
Pangeran Harry sangat mendukung apa pun yang dilakulan Markel. Termasuk langkahnyi menggugat surat kabar itu.
Bagi Pangeran Harry, Meghan adalah segala-galanya. Meghan-lah yang berhasil mengubah hidupnya. Memperbaiki wataknya. Menghidupkan harapannya.
Baru tahun 2016 Pangeran Harry bertemu Meghan. Ketika umurnya sudah 32 tahun. Dan umur Meghan 35 tahun. Dalam sebuah pertemuan yang diatur temannya.
Dan itulah jalan hidupnya. “Begitu ketemu langsung terpikat,” ujar Pangeran Harry dalam wawancara yang amat jarang.
Dulu pun Pangeran Harry pernah tersenyum. Tapi tidak pernah senyumnya secerah setelah bertemu Meghan.
Wajahnya pernah ceria. Tapi tidak pernah seceria setelah bersama Meghan.
Meghan-lah yang menemukan kembali hidup Pangeran Harry. Yang sejak kanak-kanak ibu-bapaknya dalam ketegangan abadi. Yang ketika remaja terlibat kenakalan melebihi kepatutan bangsawan. Yang ketika muda menantang-nantang pemburu berita.
Apalagi ketika kakaknya, Pangeran William, menikah. Pangeran Harry lebih tidak punya sandaran lagi.