BANDUNG-Yayasan Mata Hati Indonesia menggelar diskusi pemanfaatan teknologi bagi kaum disabilitas, dalam rangka Pekan Literasi Asia Afrika di Ruang Audiovisual, Museum Konferensi Asia Afrika pada Minggu (6/10)
Pesatnya perkembangan teknologi membuka peluang luas tidak hanya bagi masyarakat umum untuk mendapatkan informasi tetapi juga bagi kaum disabilitas. Dalam perkembangannya, kaum disabilitas diharapkan tetap mampu meningkatkan kapasitas menghadapi era digital.
Ketua Yayasan Mata Hati Indonesia, Ipan Hidayatullah mengatakan bahwa kaum disabilitas harus terus optimis dan berupaya meningkatkan kapasitas di era digital.
“Bahwa dalam era digital, kami mau menyampaikan kepada kawan-kawan disabilitas untuk terus meningkatkan kualitas literasi mereka dan optimis bahwa mereka mampu menyerap informasi sama halnya seperti dengan masyarakat umum lainnya.” Ujarnya ketika ditemui usai diskusi berlangsung
Ipan melanjutkan bahwa literasi digital sangat penting dilakukan kepada penyandang disabilitas demi kesetaraan informasi dan juga untuk meningkatkan kapasitas.
“Di Era digital ini sangat penting kiranya literasi digital terhadap disabilitas, untuk meningkatkan kualitas mereka.” lanjutnya
Ipan juga berharap, bahwa masyarakat dapat menerima kaum disabilitas, melihat kemampuan dan kapasitas bukan pada fisik.
“Kami berharap disabilitas tidak dipandangan sebelah mata, dan juga dapat diterima baik di dalam pekerjaan, karena yang dilihat adalah kemampuan mereka bukan pada fisiknya.” ujarnya
Selain itu, ditemui pada kesempatan yang sama, Dosen department pendidikan khusus FIP UPI sekaligus Instruktur Orientasi Mobilitas dan Komunikasi (omsk) instrus komputer bicara, JOP Access with speach, Ahmad Nawawi mengatakan bahwa saat ini perkembangan teknologi yang dapat memudahkan kaum disabilitas untuk belajar sudah ada.
“Seperti halnya komputer berbicara untuk penyandang disabilitas dapat belajar.” ujarnya
Nawawi juga mengatakan bahwa tunanetra memiliki kebutuhan yang sama dengan masyarakat pada umumnya termasuk kebutuhan literasi.
“Hanya saja permasalahannya di kita untuk memenuhi kebutuhan mereka perpustakaan-perpustakaan yang ada itu belum memfasilitasi, seperti adanya buku-buku braile,’’ujarnya.
Untuk perpustakaan yang menyediakan buku-buku braile tersebut baru ada di Balai kiterssi Braile Indonesia yang berada di Jalan Padjajaran.
Namun, Nawawim mengatakan bahwa saat ini literasi terhadap tunanetra sudah mulai berkembang dengan baik.