Penjaga Terakhir Drama Sunda

Dengan demikian, sebenarnya ada keterbatasan wewenang bagi Balai Bahasa Jawa Barat untuk terlibat lebih jauh dalam kesusastraan Sunda. Meskipun demikian, hal yang seperti itu bukan menjadi alasan jika memang ada manfaat yang dapat dipetik dari upaya masuk Balai Bahasa Jawa Barat ke persoalan di sastra Sunda khususnya. Pertanyaannya, jika begitu, mengapa tidak segera dilakukan upaya konkret untuk ikut berperan dalam menumbuhkan kembali sastra Sunda yang seakan mati suri ini? Yang dapat menjawab pertanyaan ini adalah Kepala Balai Bahasa Jawa Barat.

Dari sejumlah situasi di atas dan peran yang dimainkan oleh sejumlah pihak yang selama ini bergerak di kesusastraan Sunda, pertanyaan awal tentang siapakah yang menjadi penjaga terakhir drama Sunda sudahkah diperoleh jawabannya? Atau tidak usah dijawab? Atau mari kita biarkan drama Sunda menuju senjakala karena sudah tidak ada lagi yang peduli akan keberlangsungannya, ketika suatu saat Ajip Rosidi dan Godi Suwarna tak akan lagi dapat berkarya, ketika penerbit buku Sunda gulung tikar karena tidak ada lagi yang membeli produk-produknya, ketika Dadi P. Danubrata sudah bosan dengan kondisi kesusastraan yang tak ada perkembangan dan pada akhirnya menyerah dengan menghentikan aktivitas Teater Sunda Kiwari, dan ketika lembaga-lembaga kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan lebih memilih jalan aman melalui program-program yang normatif.

Lantas kemanakah pimpinan tertinggi provinsi ini? Apakah kesusastraan Sunda tidak seksi binti bahenol untuk dijadikan prioritas dalam program pembangunannya? Atau kita ubah saja provinsi ini dengan nama Provinsi Sunda supaya jelas dan nyata hal yang harus dibangun dan dipikirkan keberlangsungannya, yaitu Sunda dengan manusianya, Sunda dengan kebudayaannya, Sunda dengan kesusastraannya, atau Sunda dengan segala permasalahan yang ada di dalamnya. Atau, kita serahkan saja urusan Sunda ini kepada orang asing yang nyata-nyata lebih peduli daripada kita sendiri. Jika demikian, mari kita pergi dari sini sebelum mereka mematenkannya di kemudian hari. Cag.

*Penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Bahasa Jawa Barat

 

Tinggalkan Balasan