Maraknya Kasus Pornografi Akibat Degradasi Moral

Kedua, aspek lingkungan keluarga yang sangat jelas memberi andil yang signifikan terhadap berkembangnya pola perilaku menyimpang. Sebab, proses penanaman nilai-nilai bermula dari dalam keluarga itu sendiri hingga anak menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh.

Dengan begitu, peran orang tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih sedini mungkin terhadap perkembangan perilaku anaknya.

Ketiga, aspek lingkungan pergaulan yang acapkali menuntut dan memaksa anak-anak untuk dapat menerima pola perilaku dalam pergaulan. Hal ini sebagai kompensasi pengakuan keberadaan mereka dalam kelompok.

’’ Jadi perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktifitas pergaulan dapat terwujud,’’tutur dia.

Teh Fiqa menegaskan, aspek penegakan hukum/sanksi harus dapat menjadi shock teraphy (terapi kejut) bagi siapapun yang melakukan tindakan-tindakan pornografi maupun yang menyebarkan konten-konten berisi pornografi dan perilaku amoral lainnya.

’’Ini harus dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya,’’cetusnya.

Terakhir, aspek sosial kemasyarakatan. Harus memberikan ruang untuk terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi. Sehingga, warga masyarakat sekitar akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis.

’’ Di sini akan muncul sikap saling memahami, memperhatikan sekaligus mengawasi perilaku terutama di lingkungannya. Sehingga mendukung terjalinnya sinergitas hubungan dalam mendidik dan menjalankan fungsi kontrol sosial, keamanan dan ketertiban dalam masyarakat,’’ tandas Teh Fiqa yang juga menjabat sebagai Ketua Fathayat Nahdatul Ulama Jabar ini. (yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan