Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pusat, Ade Sudrajat mengatakan, kerugian ini timbul bukan hanya karena produksi terhenti saja. Melainkan ada juga kerusakan mesin, hasil produksi dan meningkatnya biaya pengamanan lingkungan.
’’Begitu juga dengan pekerja, meskipun datang namun tak dapat bekerja. Namun mereka tetap harus digaji,’’kata dia.
Ade mengatakan, matinya listrik ini juga menyebabkan berhentinya operasional Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Karena mesin oksigen tak berfungsi. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan dalam sebuah IPAL untuk menjaga agar bakteri pengurai limbah tetap hidup.
’’Bakteri yang mati ini menyebarkan bau tak sedap juga kemana mana,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Ade, industri bisa mengurangi kerugian, seandainya pemerintah tidak melarang penggunaan genset berkapasitas besar. Sehingga, industri bisa tetap beroperasi atau paling tidak dapat menyelamatkan mesin produksi.
“Semua peralatan IT rusak karena tegangan listrik yang berbeda. Dan harus semua diganti,’’ tutup dia. (fin/yan)