Kemudian hal-hal yang menyebabkan peristiwa besar ini terjadi, jangan sampai kejadian lagi. “Itu saja permintaan dari saya,” tandasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Utama (Plt Dirut) PT. PLN (Persero) Sripeni Inten Cahyani mengemukakan, penyebab mati listrik massal yang terjadi mulai pukul 11.48 WIB adalah akibat gangguan pada sistem transmisi saluran udara tegangan ekstra-tinggi (SUTET) 500 kilovolt (KV) Ungaran-Pemalang, Jawa Tengah.
Sejak kemarin telah dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk memulihkan pasokan listrik di Jabodetabek dan sebagian daerah di Jawa Barat.
“Kami mohon maaf Pak, prosesnya lambat,” kata Sripeni saat menjawab pertanyaan Presiden Jokowi yang secara mendadak mengunjungi kantor PLN Pusat, di daerah Kebayoran Baru, Jakarta, kemarin (5/8) .
Seharusnya, menurut Plt Dirut PLN itu, proses perbaikan gangguan itu hanya memerlukan waktu 4 jam untuk kemudian dimulai kembali. Namun hal itu tidak bisa dicapai karena semua pembangkit yang berfungsi sebagai pemasok dalam kondisi cold start.
“Jadi mesin sudah dingin, sehingga saat ini yang bisa kami prediksikan karena kami bisa memulihkan dalam waktu empat jam dengan beroperasinya PLTU Suralaya yaitu 2800 Mega yang cukup untuk memasok sistem Jawa Barat dan Banten, kemudian menjadi mundur karena baru tadi pagi pukul tiga artinya lebih dari delapan jam karena sudah dingin,” ungkap Sripeni.
Sebelumnya Sripeni mengemukakan, bahwa sistem kelistrikan di Jawa-Bali ini terdapat dua sistem yaitu sistem utara dan sistem selatan, dimana sistem transmisi ini ada masing-masing adalah dua sirkuit, dua sirkuit di utara dan dua sirkuit di selatan, jadi ada totalnya adalah empat sirkuit atau empat jaringan yang menjadi backbone yaitu jaringan 500 KV.
“Artinya pemeliharaan yang dibolehkan adalah 1 line yaitu di selatan. Ini yang kami tidak antisipasi adalah terjadinya gangguan 2 sirkuit sekaligus. Memang ini yang secara teknologi nanti kami akan investigasi,” ungkap Sripeni.
Sementara itu, dampak pemadaman listrik selama kurang lebih 5 jam pada Minggu (4/8) kemarin, industri tekstil di pulau Jawa diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp 500 miliar.
Dari jumlah kerugian tersebut sebesar Rp 200 miliar dialami oleh para pelaku industri tekstil di Kabupaten Bandung.