Polisi sebenarnya sudah berbuat. Dua hari setelah penyerangan itu enam orang preman ditangkap. Termasuk tokoh-tokohnya. Tapi tetap saja polisi jadi bulan-bulanan. Kesannya: demo ini melawan polisi.
Sejak kejadian itu banyak muncul donatur baju, kaus dan tank top. Mereka menyumbangkan pakaian di dekat stasiun. Disertai anjuran: sebelum pulang gantilah baju.
Alasannya: ini musim panas. Para pendemo pasti basah kuyub oleh keringat.
Alasan sebenarnya: dress code pendemo itu hitam. Mudah dikenali. Ketika sudah sendirian di jalan pulang bisa bahaya. Bisa diserang preman. Yang saat menyerang dulu pakai dress code putih.
Maka di stasiun itu banyak kaus hitam yang ditinggal begitu saja. Teronggok di pojok stasiun. Mereka ganti baju yang disediakan simpatisan.
Polisi tidak akan ambil resiko lagi. Khususnya menghadapi demo Sabtu-Minggu nanti. Renacanya akan dipakai alat baru: mobil pengurai masa. Merknya Mercy. Harganya Rp 30 miliar.
Fungsinya: menyemprotkan air. Dengan kekuatan 140 kg untuk jarak 10 meter. Atau 125 kg untuk jarak 50 meter.
Air itu bisa diberi warna. Yang tidak mudah dihapus. Untuk mengumpulkan barang bukti. Yang disemprot itu adalah yang beringas.
Intinya: polisi tidak mau lagi berhadapan langsung dengan pendemo. Seperti hampir dua bulan terakhir ini.
Mobil semprot itu sendiri sudah dibeli lama. Sejak habis demo 78 hari dulu. Tapi pengadaannya perlu tender. Penggunaannya juga perlu latihan khusus.
Selama dua bulan ini pendemo selalu menemukan cara baru. Mencabut pagar untuk barikade. Menggunakan payung untuk pelindung. Dan pemukul. Mencungkil paving untuk dilempar. Membawa pointer untuk melaser. Semprotan cat untuk corat-coret.
Dan inilah senjata baru mereka: kertas kecil warna-warni. Yang biasa untuk meninggalkan pesan itu. Yang biasa ditempel di layar komputer itu.
Kali ini mereka menempelkannya di mana-mana. Ribuan jumlahnya. Bahkan dinding buatan yang isinya air itu jadi ‘Dinding Lenon’. Padahal aslinya itu untuk barikade. Agar pendemo tidak bisa masuk kantor polisi.
Istilah ‘Dinding Lenon’ berawal dari zaman meninggalnya John Lenon. Untuk mengucapkan duka. Juga kata kenangan. Bagi musikus dunia dari Inggris itu.