BANDUNG – Program pengembalian dan perbaikan Citarum menjadi salah satu program Pangdam lll Siliwangi Mayjen TNI, Tri Soewandono. Perbaikan sungai citarum merupakan misi dalam meningkatkan pembangunan Jawa Barat.
”Kita lihat prototypenya segala macem, rencana pembangunannya. Saya berjanji, saya akan melanjutkan pembangunan Sungai Citarum,” Katanya disela-sela kegiatan silaturahmi bersama pemerhati, penggiat lingkungan peduli Citarum di Makodam III/Siliwangi di Kota Bandung, Kamis (4/7)
Menurut Tri, Program citarum harum awal terbentuk dari keluhan penggiat lingkungan yang merasa bahwa Sungai Citarum terlihat kotor. Akhirnya disusun rencana oleh beberapa komponen masyarakat untuk mendesign kembali Citarum.
”Kodam III/Siliwangi, itu kita atur supaya bisa mengatur masyarakat, kemudian anggota melaksanakan kerja seperti yang digambar,” Katanya.
Tri mengaku, pihaknya memiliki misi untuk memajukan Jawa Barat. Bahkan pihaknya sudah mengajak elemen masyarakat dari kalangan kiyai untuk turut serta memajukan Jawa Barat.
”Rupanya masyarakat Jawa Barat ini ketika kita ajak untuk membangun daerahnya ini, semua setuju para kiyai dan ulama,”akunya.
Tak hanya itu, penggiat lingkungan, aktifis, hingga budayawan, kata Tri, juga turut serta membantu melanjutkan kembali pembangunan Citarum.
”Penggiat lingkungan, aktifis, budayawan, dibantu dengan wartawan betul-betul sangat luar biasa,” imbuhnya.
Lebih lanjut lagi Tri mengatakan, jadikanlah sungai ini menjadi beranda depan rumah, artinya ketika kita bangun tidur lihatnya sungai bersih. Rumah-rumah yang kemaren di bongkar dijadikan ruang hijau, dirinya mendapat laporan setiap hari sabtu dan minggu digunakan oleh ibu-ibu untuk senam disitu, masyarakat aktif dan ternyata sangat indah.
Tri menambahkan, masalah yang hingga sekarang belum terselesaikan itu adalah sampah, dia mengaku, selalu bilang sama para Dansektor, bahwa ini memang dilema, satu sisi kalau sampah ini tidak dimasukkan kedalam incinerator tentu akan ngumpul begitu dibakar pasti ada asap dan menjadi karbon, tetapi apa boleh buat dari pada sampah menumpuk. Apalagi sampah yang ada mencapai 340 ribu ton perhari, masyarakat tidak punya pilihan dengan membuang sampah kesungai, tapi sekarang sudah tidak lagi.
”Untuk penanganan sampah, yang pertama kita merubah mindset masyarakat bahwa sungai itu adalah serambi depan rumah kita dan sungai ini merupakan sumber kehidupan bagi orang banyak. Dan tidak mudah maka kita libatkan para akademisi, para media untuk menyampaikan pesan sehingga masyarakat sadar tetapi juga tidak kalah pentingnya harus menyiapkan solusi tempat pembuangan sampah,” pungkasnya.(yul/rus)