NGAMPRAH– Sejumlah sopir angkutan kota (angkot) yang tergabung dalam Organisasi Persatuan Pengemudi Cisarua Lembang (PPLC), mengeluhkan dengan kemacetan yang sering terjadi di jalur wisata Lembang. Hal itu dikarenakan berdampak pada menurunnya pendapatan mereka.
Ketua Organisasi Persatuan Pengemudi Cisarua Lembang (PPLC), Denden Susanto menjelaskan, sejak awal musim libur Lebaran tahun ini jumlah penumpang yang menggunakan angkot menurun drastis karena jalurnya terhambat macet.
“Musim libur benar-benar mengganggu penghasilan sopir. Kami hanya bisa bawa angkot satu sampai dua rit, dengan pendapatan antara Rp 60 ribu sampai Rp 100 ribu sehari,” sesal Denden di Lembang, Selasa (11/6).
Dari 71 unit angkot trayek Lembang-Cisarua, kata Denden, hanya 50 unit saja yang tetap berjalan mencari penumpang di saat musim libur walaupun harus berjuang di tengah kemacetan yang nyaris terjadi setiap hari.
“Kami memaksakan untuk operasional karena kebutuhan. Kalau tidak menarik penumpang mau dapat uang dari mana?,” ujarnya.
Diakuinya, beban sopir saat musim liburan makin berat karena pengeluaran biaya bahan bakar kendaraan bertambah. Selama ini sopir angkot hanya mengandalkan penumpang dari ibu rumah tangga dan anak sekolah.
“Selama anak sekolah masih libur, sopir angkot semakin resah karena pendapatannya semakin berkurang,” bebernya.
Sopir angkot lainnya, Cucu Supriatna, mengakui hal yang sama. Sejak menjamurnya tempat wisata di Lembang, tak bisa dipungkiri berdampak pada pendapatan.
“Kadang membawa penumpang hanya dua orang, bahkan sering angkot kosong, tidak bawa penumpang sama sekali. Soalnya penumpang merasa lebih cepat jalan kaki dari pada naik angkot karena jalurnya terjebak macet,” ujar Cucu.
Cucu yang telah 30 tahun menjadi menjadi sopir angkot menyebutkan, penumpang yang naik ke angkotnya kini bisa dihitung jari. Selain faktor kemacetan, kemudahan masyarakat mendapatkan kredit motor juga jadi keluhan Cucu serta sopir angkot lainnya. (drx)