NGAMPRAH– Warga di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, mulai memanfaatkan teknologi insinerator untuk menangani persoalan sampah. Walaupun masih dalam tahap ujicoba, nantinya insinerator tersebut rencananya bisa menangani sampah untuk di dua desa.
Insinerator yang belum lama ini diresmikan oleh Wakil Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan, diharapkan bisa menekan volume sampah yang tak terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) karena berbagai keterbatasan, salah satunya jumlah armada.
Sekretaris Desa Kayuambon, Dedi Hidayat mengatakan, mesin insinerator yang dibangun di Dusun Sukamaju ini merupakan bantuan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dengan total biaya pembangunan mencapai Rp 430 juta.
”Bantuan mesinnya berasal dari UPI, diberikan ke masyarakat melalui pengelolaan oleh pihak desa. Saat ini masih diucijobakan untuk satu dusun,” ujar Dedi di Desa Kayuambon, belum lama ini.
Dedi menuturkan, sambil diujicoba pihaknya menghitung total pengeluaran gas dan listrik selama satu bulan untuk menentukan tarif yang akan dipungut kepada setiap warga. Dari hasil ujicoba, sebanyak dua ton sampah bisa dibakar dalam satu hari hingga tinggal menyisakan abu.
”Dua ton sampah bisa habis dalam sehari, sisanya jadi abu. Abunya lalu diangkut armada sampah milik Dinas Lingkungan Idup, sehingga volume sampah yang diangkut ke TPA lebih sedikit,” terangnya.
Dirinya menambahkan, selama ini penanganan sampah yang dihasilkan masyarakat di 13 RW Desa Kayuambon, kebanyakan masih mengandalkan pengangkutan petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat.
Sementara itu, Komandan Satuan Sektor 22 Citarum Harum, Kol (Inf) Asep Rahman Taufik mengatakan, insinerator di wilayah Lembang sudah dibangun dua unit, yakni di Desa Kayuambon dan Desa Gudang Kahuripan.
”Kapasitas insenerator di Desa Kayuambon bisa membakar sampah sebanyak 600 kilogram per jamnya. Sedangkan di Desa Gudang Kahuripan hingga 800 kilogram sampah per jamnya,” ujar Asep.
Jika insenerator beroperasi delapan jam per hari, kata dia, maka masalah sampah di dua desa ini bisa teratasi. Meskipun penggunaan insenerator memunculkan pro dan kontra, ia meminta agar di setiap desa memiki insenerator sendiri mengingat masalah sampah di Lembang sudah sangat darurat dan perlu penanganan yang cepat.