NGAMPRAH– Sejumlah warga Kabupaten Bandung Barat tergerak untuk melakukan antisipasi dini dampak dari pergerakan aktif Sesar Lembang, yang diibaratkan menjadi ’bom waktu’ hingga mengakibatkan gempa besar. Apalagi, patahan di Cekungan Bandung ini terus bertambah 50 milimiter atau 0,5 centimeter setiap tahunnya.
Salah satu upaya yang dilakukan khususnya oleh Raden Bagja Mulyana,36, warga Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, yakni membangun rumah tanah gempa dengan konsep rumah panggung yang bergaya minimalis.
Dirinya sadar betul dengan potensi bencana Sesar Lembang. Sehingga, rumah tanah gempang yang dibangunnya sebagai antisipasi dini mengadapi potensi bencana besar yang bisa terjadi kapan saja.
”Dari berbagai informasi Lembang salah satu daerah rawan gempa dan sudah selayaknya warga menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya,” ujar Raden saat ditemui di kediamannya, belum lama ini.
Tampak depan, rumah seluas kurang lebih 70 meter persegi ini hanya memiliki dua jendela dan satu pintu. Tampak teras mini yang terlihat nyaman untuk kumpul keluarga di bagian depan rumahnya.
”Kami ingin membuat rumah yang nyaman untuk keluarga. Setelah mencari berbagai referensi, akhirnya diputuskan untuk membuat rumah kayu, dan istri saya menyetujuinya,” katanya.
Di bagian dalam rumah kayu ini, terdapat dua kamar dan satu ruang tengah yang full berbahan kayu. Dinding bagian dalam terbuat dari anyaman bambu, dan kayu palet untuk dipasang di dinding luar rumah. Tiang utama rumah yang menyokong atap dipasang dengan sistem purus dan cathokan, yang membuat rumah seperti pendulum saat menerima goncangan gempa.
”Ketika gempa, bangunan rumah seperti elastis mengikuti gerak tanah, alhamdulillah setelah beberapa kali gempa tidak menimbulkan kerusakan. Ini hanya langkah antisipasi saja, karena pada akirnya kan kekuatan manusia tidak bisa melebihi kekuatan tuhan,” ungkapnya.
Untuk mempercantik rumah, Raden membuat lantainya dari kayu yang dipernis. Sedangkan gantungan lampu bernuansa jadul dipasang untuk membuat efek ’homy’. Proses pengerjaan rumah ini memakan waktu enam bulan.
”Untuk bahan baku, saya mencari kayu jati terbaik sampai ke wilayah Cirebon pada tahun 2016 lalu. Kalau dalam pengerjaan sesuatu ada saja miss dan tidak sesuai dengan perhitungan,” ujarnya.