DARI tulisan sebelumnya, kita mengetahui bahwa taubat itu diperintahkan oleh Allah SWT; orang yang melakukannya akan mendapatkan derajat yang tinggi, jaminan ampunan dari Allah SWT, kelapangan rezeki, dan dimasukkan oleh-Nya ke dalam surga.
Selanjutnya kita pun harus mengetahui, sedikitnya ada 4 sikap yang dapat menghambat kita untuk melakukan taubat.
Pertama, meremehkan dosa. Sikap ini dapat membuat seseorang merasa aman dari murka Allah SWT. Padahal dosa kecil itu jika sudah bertumpuk, pada akhirnya tetap akan membinasakan juga. Tentang hal ini Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. Sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu seperti segolongan orang yang singgah di suatu lembah. Satu orang datang membawa sepotong dahan dan yang lain juga seperti itu, hingga cukup untuk memasak roti mereka. Dosa-dosa kecil yang dilakukan seseorang itu dapat membinasakannya.” (H.R. Ahmad)
Kedua, sikap panjang angan-angan. Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, “Yang paling saya takuti adalah sikap memperturutkan hawa nafsu dan panjang angan-angan. Sikap memperturutkan hawa nafsu dapat menghalangi seseorang dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan dapat melupakan seseorang akan hari akhir.”
Ketiga, sikap putus asa dari rahmat Allah. Sikap ini seringkali menghinggapi orang-orang yang telah berbuat dosa besar, kemudian syaitan menggodanya dan menanamkan rasa putus asa dari ampunan Allah SWT. Dia melarang sikap seperti ini dengan firman-Nya, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az Zuman 53)
Keempat, tidak mengetahui hakikat kedurhakaan. Orang seperti ini adalah orang yang bodoh dan telah menutup diri dari hidayah Allah SWT. Ia terus terombang-ambing dalam kedurhakaan dan tak berniat sedikitpun untuk bertaubat, karena justru menganggap perbuatan dosanya itu sebagai kebaikan. Allah SWT berfirman, “Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya” (Q.S. Fathir: 8)