BANDUNG – Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB) yang sudah terbentuk sejak 1996 menjadi terdakwa dalam Pengadilan Musik DCDC momentum spesial bagi Coklat Friends di edisi ke-32.
Yang membuat unik dari edisi pengadilan ini karena Yoga (gendang) merupakan seorang pembela tetap di setiap edisi Pengadilan Musik, namun kali ini ia bersama empat teman lainnya harus duduk di kursi panas dengan rompi terdakwa.
Selama jalannya pengadilan yang dipimpin Hakim Man Jasad, keriuhan acara nampak begitu terasa mengingat Jaksa Penuntut Umum Budi Dalton dan Pidi Baiq terus beradu argumen dengan Tim Pembela Rully Cikapundung dan Eben Burgerkill.
Panitera Edi Brokoli yang menghatur jalannya persidangan harus bekerja ekstra menjaga ketertiban acara agar tak keluar jalur pembahasan, Album Tua-tua Kedelai, yang akhirnya dibesut kembali oleh PHB setelah 11 tahun tak terdengar dalam proses berkarya.
“Ini adalah album keempat kami, tiga album sebelumnya berjudul Orkesniskasi, Say No To Drum dan Modal Dengkul,” kata Yoga menjelaskan dalam persidangan yang digelar di Kantin Nasion Rumah The Panas Dalam, Jumat (26/4/2019).
Berbeda dengan tiga album lainnya, lanjut Yoga, karena menyertakan kopi dan perlengkapan lainnya seperti tutup galon dan karet pengaman untuk tabung gas 3 kilogram. “Kami juga berkolaborasi dengan Vio Sundamanik dan Roysul dengan iringan ukulele dari Iman Sumargono,” tambahnya.
Meskipun hujan mengguyur Bandung sejak sore tak menyurutkan semangat pera penggemar PHB dan Coklat Friends untuk memadati lokasi pengadilan, tercatat ada 400 pengunjung yang hadir sesuai dengan pasport booking di website www.djarumcoklat.com.
Sementara itu, Brand Djarum Coklat Singit Prasetyo Wibowo menjelaskan, PHB sudah masuk waiting list sejak lama dan terlebih lagi mereka bisa masuk keurutan orkes legendaris yang sudah ada sejak 1996.