Lewat modal awal berupa uang pinjaman senilai Rp20 juta, Somantri langsung membangun bisnisnya dengan membuka salon di kawasan Sukajadi, Kota Bandung.
“Modal itu penting untuk membangun usaha saya. Saya pergunakan modal itu untuk berbagai keperluan, seperti membeli peralatan, sewa tempat, operasional dan biaya promosi,” ujar Somantri.
Pada mulanya, pria asal Garut membuka salon cukur tradisional. Seiring perkembangan zaman dan tren yang terus bergerak, Somantri ikut mengikuti bandul perubahan dengan mengubah konsep usaha salon tradisional yang dibangunnya menjadi barbershop modern.
Berkat keuletan, kekuatan modal dan strategi usaha yang terukur, bisnis barbershop yang dijalankan Somantri lambat laun semakin berkembang. Setiap tahunnya, Somantri sanggup membuka satu cabang usaha salon baru. Hingga tahun kelima, ia telah memiliki setidaknya lima barbershop di Kota Bandung.
Omset bersih yang mampu diraup Somantri dari kelima barbershopnya saat ini mencapai Rp15 juta per bulan. Pendapatan itu ialah laba bersih yang telah dipotong biaya operasional dan gaji lima pegawai barbershop yang ia miliki.
Lain Somantri, lain Wibawa. Jika Somantri berhasil di bidang usaha pangkas rambut, maka Wibawa berjaya sebagai pengusaha telur ayam. Kesuksesan usaha yang dibangunnya sanggup mengatrol kondisi perekonomian keluarga.
Wibawa yang telah memulai usahanya sejak 2016 kini telah memiliki kios mandiri yang ia kelola di depan kediamannya yang berada di kawasan Buahbatu. Kios mini yang ia kelola bersama istrinya tersebut sanggup menghadirkan pundi rupiah yang tak sedikit. Rata-rata pendapatan Wibawa dari bisnis yang digelutinya mencapai Rp8-10 juta/bulan.
“Alhamdulillah, walaupun naik turun, saya tetap bisa memperoleh hasil yang bagus. Berkat tambahan modal yang kuat, margin keuntungannya masih sangat besar. Bahkan lebih,” kata Wibawa.
Kendati memiliki perbedaan dari segi usaha yang dijalankan, bantuan permodalan Wibawa sama dengan yang diperoleh Somantri. Wibawa mendapat suntikan modal segar dari pinjaman Kredit Usaha Mikro sebesar Rp10 juta saat memulai usahanya.
Wibawa yang telah berkali-kali berpindah lini usaha menyimpulkan bahwa kekuatan permodalan menjadi salah satu faktor penentu perkembangan usaha. Tanpa modal yang kuat, perkembangan bisnis yang digeluti bakal berjalan lamban.